“Penulis berbeda dengan penggali sumur. Kalau penggali sumur mencari mata air yang dangkal. Sedangkan penulis mencari kedalaman, agar bahasa tak menjadi sampah artifisial.” Kata-kata di atas adalah coretan Adam Gottar Parra (AGP).
Dalam topik pilihan kompasiana kali ini, mengangkat tentang ‘pengarang favorit’, dengan bulat hati, pengarang favorit yang setiap goresan tintanya memberikan inspirasi dalam hidupku adalah Adam Gottar Parra. Bukan tanpa alasan aku memilihnya sebagai pengarang favorit, namun karena setiap karyanya merupakan suatu kritik sosial yang memiliki filosofis yang dalam untuk direnungi.
Karya pertamanya yang membuatku jatuh cinta adalah‘Tasbih Tulang Nguk-nguk’, suatu maha karya yang sangat berani. Menceritakan seorang urban bernama Togog yang menemukan sebuah tulang hewan. Keinginannya untuk memiliki tasbih dari tulang unta, tidak dapat tercapai, karena Togog hanyalah seorang yang tidak memiliki apa-apa untuk ke Makkah dan membawa oleh-oleh tasbih tulang unta. Penumuan besarnya itupun dijadikan harta karun berharga untuk dijadikan tasbih. Togok yang bodoh mengira tulang itu adalah tulang unta, Tanpa sadar tulang itu tidak lain adalah tulang babi.
Kemudian cerpen berikutnya adalah ‘Seroghol’, Si Buta yang hidup seorang diri, berhasrat untuk menandingi Tuhan. Dalam kutipan cerpen disebutkan, “Ah, kau cuma bisa membuat manusia dari tanah, sedangkan aku dari batu,” ujarnya, sesumbar. Seroghol yang buta akhirnya memulaikan pekerjaan besarnya itu di lereng Bukit Kotok. Namun pekerjaannya dihalangi warga desa yang tidak ingin mahakaryanya nanti dijadikan hal yang musyrik. Tekad Seroghol tetaplah bulat, walau dihalau warga desa, Ia tetap mampu menyelesaikan patung manusia dari batu. Namun ternyata patung tersebut bukanlah patung manusia, melainkan patung seekor anjing. Cerpen ini menggambarkan kebencian Seroghol pada Tuhan yang menciptakannya tidak dengan sempurna akibat buta, apalagi Ia hanyalah seorang yang berprofesi tukang pijat musiman yang diupah segelas kopi.
Dua cerpen AGP lainnya yang tidak kalah menarik adalah ‘Laron-laron Memburu Nyala Obor’ dan ‘Pengusung Jenazah yang Berjalan Mundur’, semuanya memiliki filosofis yang menarik, suatu gagasan sastra yang berani.
Penulis sendiri sering berdiskusi dengan AGP di sebuah LSM di Kota Mataram, penulis banyak belajar darinya. Bahkan saat ini penulis sedang menunggu terbitnya buku AGP berjudul ‘Tuselak’. Gagasan yang berani membuat penulis sering menanti setiap cerpennya, bahkan juga status media sosialnya. Hal yang membuat penulis mengaguminya, Ia merupakan sosok yang terbuka dengan kritikan, walaupun setiap gagasannya mengandung kontroversi yang berbuah hujatan dan cacian, Ia tidak menaruh dendam, baginya pro-kontra itu adalah hal yang biasa.
Kemudian sosok AGP juga orang yang polos dalam memberikan kritikan, penulis pernah dikritik habis-habisan bahkan dihujat dan dituduh memiliki ‘pikiran konvensional’ saat berdiskusi tentang suatu tema yang menjadi problem besar tingkat regional. Namun itu justru menjadi pelajaran bagi penulis.
Sebenarnya penulis malas untuk memujinya, tapi rasanya sangat berdosa ketika penyerapan ilmu yang banyak darinya, namun tidak pernah diapresiasikan dalam bentuk tulisan. Oleh karena itu melalui momen yang kompasiana berikan ini, penulis mengucapkan banyak-banyak terimakasih padanya. Penulis sengaja tidak menyertai foto wajah AGP di sini, karena belum meminta izin darinya. Namun penulis sangat mengimbau teman-teman semua untuk membaca karyanya tersebut. Karena di sanalah sesungguhnya terdapat estetika fiksi yang sangat menarik.
Tambahan, penulis berikan suatu postingan facebook AGP, yang menurut penulis sangat menarik dan pantas menjadi bahan renungan:
ISLAM BUKAN UNTUK MENEROR PEREMPUAN
Islam itu artinya "selamat" (selamat dan bahagia dunia-akhirat tentunya/rakhmatan lil alamin), oleh karenanya sampaikanlah kabar gembira, bukan meneror mental orang dengan gambar tengkorak dan api neraka buatan photohsop. Sekarang ini banyak sekali blogger-blogger Islam yang meneror orang dengan ancaman penderitaan. Hidup sudah susah, kok diteror lagi! Psikopat kali ya?