Lihat ke Halaman Asli

Kepada Sapardi

Diperbarui: 1 Juni 2016   21:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Matahari menepi.Ketika udara memadat tiba-tiba. 

"Siapa mengajarmu menatapku begitu?" (SDD)

 #

Sapardi,

Engkau lelaki tua, aku juga.

Aku sedikit lebih muda, tentu saja. Beberapa tahun atau beberapa puluh tahun. Tapi apalah arti usia jika setiap saat kita dihadapkan pada hal yang sama: bau kembang di atas pemakaman.  

“Hey...tunda dulu ocehan tentang kembang dan makam, anak muda yang beranjak tua. Bukankah sekarang Juni?” Tanyamu. Retoris.  

Yah, ini bulanmu. Juni barangkali bulanmu. Setidaknya bagi segelintir orang yang gemar membuka lembar-lembar kata yang kau tarik…ulur…lalu tarik lagi bak benang layang-layang di atas padang. Setidaknya bagi mereka yang senang mengulang–ulang tiga baris ketabahan: atas rindu yang dirahasiakan, yang sebenarnya adalah kerinduan mereka sendiri.

##

Di bangku sebuah trotoar, engkau kenang seorang gadis kecil yang diseberangkan gerimis. Gadis yang sekarang telah tumbuh dan berdandan manis. 

Masihkah ‘kau ingat? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline