Ini kisah tentang seorang gadis kecil yang kedua punggung tangannya bertahi lalat kembar.
Bapaknya meninggal sepuluh tahun lalu, jatuh ke jurang pangurip-urip ketika mengejar burung Jalak di lereng Cakra Srengenge.
Ia masih terlalu kecil saat kejadian itu. Ia terus saja menumpuk kembang-kembang pinus dan hanya manggut-manggut ketika kemudian Tetua Kampung bilang, "Bapakmu jatuh karena lupa melepaskan ikat pinggangnya yang berwarna hijau lumut."
Ya, hampir semua penduduk tahu: warna hijau adalah pantangan keras di gunung ini.
Dan ikat pinggang hijau itu?
Ah, itu ikat pinggang baru. Oleh-oleh dari teman bapaknya yang konon sukses berjualan di Kalimantan.
Teman bapaknya itulah yang akhirnya membiayai sekolahnya sampai lulus SMA. Lelaki itu pula yang mempersiapkan segalanya ketika datang hari H, pernikahan si gadis dengan lelaki penjual ikat pinggang itu.
(pagar telah memakan sendiri tunas pinus di pekarangannya)
Saat itu, ia ingin sekali diberi mas kawin berupa cincin bermata hijau. Lalu berlari mengejar burung Jalak di lereng gunung. Dan bersimpuh di kaki sang Bapak.
Namanya Arini, gadis kembang pinus.