Lihat ke Halaman Asli

Lelaki Parau

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Menghadiri Pesta Demokrasi

Tiba di hari H, pesta demokrasi akan segera dimulai di tengah siang bolong, bertempat di gelanggang olahraga (GOR) Satria, Purwokerto. Sedari pagi jelang siang, arena pesta digerumut ratusan ribu manusia dari segala penjuru kota. Tak kecuali Lelaki parau itu tertatih-tatih mendorong gerobak bakso menerobos lautan manusia searah langkahnya.

Tak hanya Dia, seperti pepatah 'ada gula ada semut'. Pedagang kaki lima lain pun sedari Subuh sudah menyerbu arena pesta, dan bahkan saling menyalip, saling, jegal dan terkadang darah tercucur, demi sepetak tempat di pusat kerumunan 'semut'

Namun baginya hal itu sudah lewat, Ia memilih berangkat di pagi jelang siang hari. Tak berharap tempat di kerumunan 'semut' cukup yang ada 'semut'nya, bila tidak 'rizki tak lari kemana' hibur diri dalam hati.

Satu bulan jelang hari H, spanduk betebaran di sudut-sudut kota pun di depan warungnya yang Ia selalu eja: 'Hadiri.... Maklumat Caleg Memberi Bukti Bukan Janji!!! Bla..blaa'. Ejaan paling bawah: 'Bebas Hadir!. Dihibur artis-artis top markotop Ibu kota, Gratis!!! Bla..blaa'

Dua minggu sampai jelang hari H, hidungnya mencium 'bau-bau' tak sedap, sesama kakilima bergerilya ke'oknum' panitia, saling 'tembak' membeli 'warna' dengan gepokan uang dan bahkan ada jual diri demi mendapat sepetak tempat di kerumunan 'semut'. Namun Ia tak tertarik, pernah di beri gratis saudaranya, Ia simpan. Ia lebih mencintai warna-warni alam semesta.

Roda terus menggelinding menerobos lautan manusia dan lorong-lorong spanduk, umbul-umbul, gambar caleg dan artis, terpasang di pohon, tiang listik dan telpon. Abai akan hak-hak asasi pohon dan tiang-tiangnya, mereka terkoyak paku dan jerat talinya.

Namun paling tragis nasib warna-warni alam semesta, di koyak-koyak lantas diganti dua warna kuning dan doreng, dijadikan raja dan ratu warna-warni alam semesta dan bahkan disembah, dipuja-puji bagai Tuhan ! Jikalau tak sewarna, minggir!.

Roda gerobak terhenti sesaat, Ia terhenyak saat melihat sesuatu yang aneh. Entah kekuatan apa, matanya bisa menembus dalemanya rombongan-rombongan yang lewat, entah kaos dalam, celana dalem dan BH pun semua sewarna kuning dan ada pula doreng. Ia berkali-kali usap matanya, namun tak jua hilang.

Ia pun intip miliknya 'Alhamdulillah, masih warna warni' cetusnya spontan dalam hati. Lalu, Ia gelindingkan rodanya seirama Dzikirullah terus dan terus......

....................

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline