Lihat ke Halaman Asli

Inilah Veteran Tiga Jaman yang Saya Kenal

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Veteran tiga jaman? Benar, umur Beliau sekarang  Sembilanpuluh tahun. Beliau tidak tahu persis tanggal lahirnya. Dalam usia sepuhnya daya ingatnya cukup baik yang lupa hanya tanggal dan bulan tepatnya kisahnya. Dan dari Beliau berkisah, menginspirasi saya buat belajar menulis kisah perjuangannya, dan ada beberapa yang saya buat fiksi.
Satu bulan sekali saya sambangi Beliau, terakhir Tanggal 5 Agustus 2012. Tentu, Beliau paling senang berkisah perjalanan hidunya, tapi jangan bayangkan penuh dar der dor dan berdarah-darah, Beliau hanya sepintas menyinggunya. Berbagai tanda jasa di simpan dengan rapih di lemarinya dan Beliau adalah Mbah Martoyo, lahir Tahun 1922 di Desa Kejawar. Bagiku Beliau pejuang sejati dan Veteran Tiga jaman yaitu  Jaman Belanda, Jaman Jepang dan Jaman Kemerdekaan. Beliau mungkin sekarang adalah salah satu saksi sejarah berdirinya Brimob pertama di Purwokerto, yang masih hidup.

Penuturan kisah perjalanan dan perjuangannya sudah pernah saya posting satu tahun yang lalu. Silahkan mampir di kompasiana.com/post/sejarah/2011/08/16/jejaklangkahkecilpejuang. Dan kompasiana.com/post/sejarah/2011/08/17/Purwokerto membaraagresiI&II (1947-1948)

Dari perkawinannya Beliau memupu/mengangkat satu anak dari adiknya dan menyekolahkan sampai kuliah di Unsoed dengan gelar Sarjana Hukum, sekarang bekerja di Pemda Kab Banyumas dan sudah berkeluarga. Istri Beliau sudah mendahului duapuluh tahun yang lalu. Dalam masa sepuhnya sakit-sakitan tinggal bersama keluarga anak dan satu cucunya di Desa Kejawar Kelurahan Arcawinangun Purwokerto Utara.

Pesan Beliau ‘Jadi orang jangan melik’ (melik = menginginkan sesuatu yang bukan haknya atau korupsi), dari prinsip inilah Beliau selamat ketika melewati berbagai tugas baik medan perang maupun ketika jadi polisi di Pati, tentunya disamping itu Doa. Dari berbagai peristiwa yang tidak bisa dilupakan yaitu ketika menghadapi DI/TII Kartosuwiryo dan tragedi G30SPKI. Dalam hidup kehidupannya Beliau sangat sederhana, pensiun dengan pangkat Serma Polisi Tahun 1975 pulang ke Desa Kejawar menjadi Tani. Tentang pangkat saya pernah singgung kenapa setelah berjuang sekian lama pangkatnya hanya sampai Serma, Beliau menjawab "Aku moh pangkat lan jabatan tuku, ora munggah-munggah pangkat ya ora papa" (saya tidak mau beli pangkat dan jabatan, tidak naik pangkat ya tidak apa-apa" ketika saya tanya di Tahun 70an apa sudah ada jual beli pangkat? Beliau hanya senyum. Dan ketika saya mohon ijin mau publish tanda jasa dan foto-fotonya Beliau tidak berkenan, kata Beliau “Enggo ngapa angger ana sing maca kepingin ketemu kon ngeneh bae, kuwe foto sing miki ora papa” (Buat apa, bila ada yang membaca dan ingin bertemu suruh datang ke rumahnya, itu foto yang tadi tidak apa-apa di pasang)
.
Salam
.
Catatan:
Berhubung saya publish memakai Hp dan kesulitan upload fotonya di kompasiana, maka foto Beliau upload di FB saya. Monggo Mang Admin berkenan membantu memindahkannya ke sini, nuwun.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline