Lihat ke Halaman Asli

Buliran Padi Sang Petani [Lisal]

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dendang puja puji menyeruak dari balik dinding-dinding gedek, menyingkap kabut selimut bumi.  Mengiring derap kaki Sang Petani menyongsong sang surya, menyusuri pematang, gemricik air menemani mengolah bumi loh jinawi.

Di Dangau, Sang Petani nyangkruk meregang lelah di temani gemricik air Surgawi, semilir sang Bayu, memandang kehijauan sang Dewi Sri. Di Cakrawala, burung-burung Bangau meliukan sayap putih bagai selendang bidadari menari. Di rerimbunan cericit burung mendendangkan kidung. Di pematang, kepik, belalang beterbangan, capung-capung mengepakan sayap, kodok-kodok menari kala semburat sang Fajar menghangatkan Ibu Pertiwi.

Bantaran sawah, sang Dewi Sri menguning, merunduk menanti sang penari ani-ani, memetik buliran surgawi. Kakikaki itu menggilas, jarijari letik menari menyibakkan buliran padi, membuang jerami, Sang Surya mengeringkan. Lesung menggema, mengiring sang Bidadari menari memecah buliran padi, melantunkan nyanyian surgawi, jejari lentik membuang sekam padi. Buliran putih masuk kuali, mengisi kehidupan duniawi. Sang Petani panjatkan puja puji syukur pada sang Illahi.

................




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline