Lihat ke Halaman Asli

Penggali Kabel

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Seribu satu kendaraan lalu lalang, terik, tebaran debu, sorot mata tanya dan wajah keluh. Ku tangkap ketika memarkir mobil di bawah pohon Ketapang di jalan lingkar kota, lobang-lobang galian kabel menganga. Terdengar gumam “Sepuluh tahun yang lalu, ketika aku tinggalkan masih jalan setapak” Seketika aku mau balik bertanya? Ia sudah membuka pintu mobil, turun.

“Pak, ini ada telp?. Pak Pramono minta Bapak segera ke Purwokerto. Pak, kendaraan dan sopir sudah siap” Itu yang aku dengar, sekilas wajah Pak Bos termangu. Ketika Sekretarisnya menyodorkan telp kantornya.

“Haloo? Pak Pur saya tidak bisa mengatasi kendala di lapangan!, sudah satu minggu lebih pekerjaan terhenti! Harap Bapak ke Purwokerto!” suara di seberang tertangkap di kupinku.

“Sekarang?” Tanyanya sambil menatapku.

“Ya sekarang! sesuai pembicaraan, kendala ini mengharuskan Pak Pur sendiri turun tangan, bertemu langsung dengan Pak Gunawan Kanit Sersenya. Bila tidak proggres report proyek terganggu!” nada kepanikan Pak Pramono Manager site, terdengar cukup jelas di kupingku, yang kutaruh di depan meja sekretarisnya.

Tiga bulan ini Pak Pur terlihat gelisah, mendekati finishing, proyek itu sering terkendala gangguan dilapangan. Mobil, motor, anak terperosok, walau tidak memakan korban jiwa. Terakhir, penemuan kerangka manusia di duga korban pembunuhan dan dipastikan perempuan bersama janinya. Seminggu sudah media massa cetak dan elektronik mengekspos penemuan itu.

Sesampainya di lokasi, terlihat di sepanjang jalan, lobang demi lobang berukuran duasetengah meter lebar enampuluh sentimeter berserakan gundukan tanah. Pak Pur berdiri memakai topi, kaca mata hitam dan jaket, menatap bentangan tali Polisi mengitari lobang, disampingnya Pak Pramono Manajer Sitenya. Di galian ini, dari ribuan kilometer bentangan kabel optik se Jawa Tengah bertemu. Akhir bulan Juni harus selesai. Pimpro tidak mau tahu. Sisa waktu tinggal tujuh hari.

Jelang Subuh mobil memasuki wilayah Banyumas. Sepanjang jalan hanya diam, memainkan Hp dan sesekali menghubungi entah siapa?

“Pak, ke hotel mana Pak?” tanyaku, sambil melihat pintu gerbang kota

“Langsung ke proyek” jawabnya singkat.

............

“Selamat siang Ndan, saya Pak Purwanto” setelah masuk dalam ruang Kanit Serse. Aku sendiri duduk di samping pintu masuk ruang Pak Kanit yang tidak tertutup rapat.

“Silahkan duduk?” Pintanya, terdengar nada dingin dalam basa-basi.

Sesaat kemudian aku lebarkan kupingku “Penemuan mayat dan janin menguak peristiwa sepuluh tahun, hasil pemeriksaan otopsinya di bunuh, dan kami menunggu hasil test DNAnya. Dari file laporan di Polsek pernah ada laporan orang hilang. Saya sekarang sedang menelusuri jejak dan memanggil saksi-saksinya kembali. menurut laporan terakhir pernah ada yang melihat Tanti bersama seseorang memakai mobil Taft, sementara itu yang saya dapat. Kami tim penyelidik butuh waktu satu minggu lagi. Kami akan gali lebih lebar, siapa tahu di temukan petunjuk lebih jauh, kami meyakini tidak ada kejahatan yang sempurna, pasti ada jejak” Terdengar Pak Kanit menjelaskan cukup detail dan tegas.

“Jadi? Tidak ada kebijaksanaan untuk kami pasangi kabel? sementara lobang tidak di tutup?” pinta Pak Pur.

“Pak Pur, keterangan saya ke Pak Promono manajer site Bapak, sudah jelas. saya sudah peringatkan jangan berbuat macam-macam dengan police line dan tempat terjadinya perkara, ingat! media massa sedang getol menyorot kasus ini, kami juga ingin segera ini terungkap, selamat siang Pak! saya harus menghadap Komandan! Amplop ini, Silahkan Pak, ambil dari atas meja saya!” terdengar nada tegas, Pak Kanit. Sesaat kemudian terdengar langkah ke luar, aku bergegas ke parkiran mobil, menunggu dan seperti biasa acuh.

Aku lihat langkah gontai Pak Pur, kubukakan pintu samping.

“Kemana Pak?” tanyaku.

“Ke Kantor Telkom, selesai ke Hotel” jawabnya singkat, nada bicara gundah.

Tiga hari sudah, mondar-mandir di kota Purwokerto, Pak Bos tetap diam. Aku sebagai sopir paham betul bila Bos diam akupun diam dan acuh. Satu hal, Bos sangat antusias mengikuti berita penemuan mayat, sampai mencari koran-koran terbitan minggu lalu di loakan. Sisa waktu tinggal empat hari.

Paginya setelah sarapan, Bos terlihat kuyu “Ayo jalan saya mau menemui mandor yang dulu. Ikuti petunjuk jalan dari saya” pintanya, sambil memasang sabuk pengaman. Aku diam, konsentrasi, mengikuti petunjuknya, selintas aku membaca ada tulisan Desa Berkoh, mobil mengarah jalan ke Karangnanas.

“Di depan bengkel motor itu, stop” pintanya singkat, tanpa bicara turun, masuk ke gang. Aku parkir di tempat teduh, menunggu.

“Kemana lagi Pak?” Tanyaku.

“Terus saja, nanti kalau sudah dekat aku beri tahu?” jawabnya singkat.

“Stop di depan sekolah itu, kamu tunggu di mobil!” setelah parkir di bawah pohon, sesaat kemudian Pak Bos keluar di iringi seseorang, entah siapa?

“Ke hotel” Singkat perintahnya, kulirik lagi-lagi sedang sibuk pencet-pencet board Hp, entah sedang SMSan dengan siapa?

...........

Jelang tengah malam, ketika aku lagi menonton bola, Hpku berdering, miscal. Aku bergegas memarkirkan mobil di loby. Dalam pikirku “Tumben Bos tengah malam keluar, mau refresing kali”

“Kemana Bos? mau refresing?” Tanyaku sambil melirik Bos yang sibuk memakai sabuk pengaman.

“Tidak, ketempat tadi siang, kesana” Jawabnya singkat sambil menghela napas berat, diam.

“Stop di depan orang itu” Perintah Bos sambil menunjuk dua orang yang tersorot lampu mobil.

“Alat-alat sudah siap?” tanya Bos, ketika orang tersebut duduk di jok belakang.

“Siap Bos, ini dalam kantong” jawabnya singkat.

“Kembali ke arah jalan lingkar” perintahnya, sambil menatap aku.

“Stop disana di bawah pohon Ketapang itu?” jarinya menunjuk pohon Ketapang.

Bos menurunkan kaca. Memberi pesan singkat “Tugas kamu sudah jelas, setelah selesai hubungi saya dan hati-hati”

“Ke Hotel” singkat saja, sambil jari tangannya sibuk pencet-pencet Hpnya.

“Malam Pak, besok pagi sambungan ke unit control bisa di kerjakan, dalam dua hari koneksitas selesai. Sudah, tinggal kamu kerjakan saja!. Titipan sudah sampai ke tangan Beliau. Clear semuanya, besok siang saya menghadap Pimpro. Besok malam kamu ke Hotel” Percakapan itu aku tangkap, saat dalam perjalan ke Hotel.

Seperti biasa aku acuh walau dalam hati ada seribu tanya? Entah apa yang di kerjakan dua orang tersebut. Kecamuk dugaan itu membawaku tidak bisa tidur. Terlelap lepas Subuh.

Pagi jelang siang, hp berdering, miscall berkali-kali. Aku bergegas memarkir mobil di teras loby, antar Bos ke tempat Pimpro.

Terlihat wajah Bos cerah, “Sekarang ke Hotel dan besok pagi check out” dengan mimik tersenyum.

Sesampainya di hotel aku tepar. Paginya, lagi-lagi dibangunkan hp yang berdering-dering. Aku beberes dan bergegas menanti Bos keluar.

Aku terkesiap, mendadak di depan dan samping ada mobil hitam berhenti, terlihat empat orang berpakaian preman dan seragam aparat turun dengan cekatan, masuk dalam loby hotel, satu orang mengarah padaku. Kubuka kaca jendela “Silahkan Pak turun, berdiri di samping sini!” perintahnya tegas. Aku kaget, belum sempat tanya? terlihat dari arah loby hotel, Pak Bos dan Pak Pramono di giring masuk dalam mobil di depanku.

“Silahkan Pak duduk di samping, mobil ini saya ambil alih, jangan banyak tanya!” perintahnya tegas. Aku terdiam menunduk, membawa ke camuk tanya?

“Jadi baru tiga bulan ini, jadi sopir! Dan tidak mengetahu secara persis apa yang di lakukan olehnya!” tanyanya lagi dengan tajam, aku hanya bisa mengangguk. Terlihat satu anggota berbaju preman masuk, membisiki entah apa pada petugas satunya? Sesaat kemudian, sambungnya “Keterangan Bapak Cukup! Silahkan bapak pulang, dan sewaktu-waktu siap hadir dimintai keterangan kembali. Sementara Pak Purwanto dan Pak Pramono Manager sitenya, masih kami dalami keterangannya. Mobil sementara kami tahan, sampai pemeriksaan selesai!”

Aku melangkah gontai ke luar, menggendong seribu tanda tanya? Sekilas aku menengok ke arah kamar tahanan terlihat dua orang itu, di balik jeruji. Mereka  mengangguk, entah anggukan apa?

TAMAT.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline