Purwokerto, 8 Juli 2011, Jam 13.00. Selepas Sholat Jumat, aku pulang melepas celana panjang tanpa diduga dompetku jatuh. Aku ambil, saat kuangkat bersamaan itu ada satu kartu kuning keluar dari dalam dompet ada plus merah diatas dan ditengah dalam kotak tertulis KARTU DONOR. aku kaget lhoo koq bisa keluar ini kan aku taruh jadi satu dengan STNK, SIM, dan KTP tertutup, harusnya keluar yaa...semua isinya. sempat aku bingung dan setelah aku buka tersentak kaget.... Yaa Allah Engkau ingatkan aku terbilang bulan sudah lewat waktu untuk memberikan tetes darah muliaMu untuk saudara-saudaraku.
[caption id="attachment_121486" align="aligncenter" width="300" caption="Kartu Donor. Dok. Pribadi"][/caption]
Hari ini warung tidak jadi aku buka lagi, kututup. Bagiku tiada kata terlambat, melangkah melawan rasa takut, mengajak sikakiku mengendarai motor menuju kantor PMI. sampailah disana tersentak kaget Saat aku masuk kulihat tatapan-tatapan mata, antri menunggu tetes darah kehidupan maupun yang akan donor, entah untuk siapa. Setelah aku duduk kulihat senyum dokter penjaga didepanku dengan sabar mengajak bicara. Bu dokter menangkap muka takut diwajahku, 'jangan takut serasa digigit semut' katanya, sambil menulis data-dataku, adem rasa hatiku.
Ruang Donor Darah. Dok. Pribadi
Menunggu. Dok. Pribadi
Aku dari kecil sampai tua ini takut akan disuntik jarum suntik sekecil apapun dan darah yaa...hanya darah manusia yang aku takuti. Hanya melihat saja jarum suntik atau darah manusia, jantung berdegup, keringat dingin terasa sedingin ruang udara berpendingin ini dan problem ini selalu menghantui setiap mau donor. Aku sendiri tidak tahu kenapa, sampai sekarang.
Do Now Dok. Pribadi
Ujung jari kuketuk-ketukan meja, sebelum kuberikan jari tangan untuk diambil sampel darah. aku tidak mau melihat kepala melengos, mata terpejam dan degup jantung serasa kencang. tik..kapas menutup tiada rasa sebenarnya. hari ini kulewati satu ketakutan dalam diri, sudah. Aku bersyukur pada saat tensi darah, disebelahku tidak ada yang sedang diambil sample darahnya, aku pernah gagal donor dua kali hanya masalah sepele disebelahku ada orang jarinya sedang diambil darahnya aku melihat, langsung pulang.
Selesai sudah satu ketakutan lewat, lagi-lagi jantung terasa berdegup saat aku ditunjuk mengarahkan si kaki ku melangkah ke ruang sebelah tertutup dengan tempelan peringatan 'anak kecil dilarang masuk ruangan', terbaca. kubuka pintu masuk dua - tiga perawat menyapa ramah, dingin ruang terasa bau obat khas rumah sakit menyengat cukup bikin bulu kuduk berdiri, serasa masuk ruang operasi. harum perawat cantik-cantik membuat semangat.
Aku tarik napas mengendali degup jantung serasa kencang, ingin aku balik keluar hanya satu kata dalam hati...LAWAN RASA TAKUTMU itu yang bisa mengajak si kaki ku melangkah berebah di tempat tidur menyender. hanya aku sendiri di ruang itu ditemani dua perawat, itu yang kuminta. satu perawat mendekat memasang ikatan dilenganku, memeriksa urat nadi mengolesi sesuatu serasa dingin, degup jantung semakin terasa.
LAWAN....LAWAN, tetes darahmu sudah ada yang menanti....darahmu berarti bagi mereka...LAWAN...LAWAN...mereka lebih sakit dariku..mereka lebih membutuhkan tetes darahku...mereka... LAWAN-LAWAN-LAWAN badan wadagmu yang hina ini tidak pantas takut kena suntik, badan ini harusnya dibakar!!! penuh noda dosa.......hanya jarum kecil menusuk nadi tetes darahmu, benar LAWAN-LAWAN-LAWAN. Genggam tangan, kepala lagi-lagi melengos, mata terpejam kuat.....