Lihat ke Halaman Asli

Kucing Garong

Diperbarui: 26 Juni 2015   04:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Tiga bulan yang lalu anak  saya, Ade - 5 tahun, anak lelaki satu-satunya minta dibelikan seekor kucing.  Sebagai anak bungsu yang beda 8 tahun dengan anak kedua saya memang permintaanya tidak bisa tidak ya dituruti.  Meski agak heran juga saya kenapa mintanya seekor kucing padahal di Jakarta ini kucing-kucing yang boleh dikatakan liar banyak dijumpai disekitar rumah.

"De, kenapa minta beli kucing?", waktu itu saya bertanya. "Untuk tangkap tikus, Yah!  Dirumah Ade sering lihat tikus-tikus kecil nakal, yang gedean juga ada", begitu jawabnya.  Memang sih dirumah sering kelihatan tikus kecil berlarian.  " Kan diluar rumah banyak kucing tak bertuan De, ambil saja satu kamu pelihara" kata saya. "Ah kucing sini takut sama tikus, pada cemen.  Ade mau kucing besar yang berani!"

Ketika akhirnya kami ke Pet Shop untuk beli kucing, Ade memilih seekor kucing yang cukup besar.  Katanya turunan kucing Persia bulunya berwarna hitam polos.  Ditambah kurungannya, uang 600.000 rupiahpun berpindah tangan.

Ade begitu antusias memelihara kucingnya yang diberi nama Si Kumbang.  Ha, boleh juga nih namanya - sesuai warna bulu hitamnya. Begitu pikir saya.  Memberikan makanannya, membersihkan kandangnya selalu dilakukan Ade dengan telaten.  Setelah 2 - 3 minggu , Si Kumbangpun tidak dikandang lagi.

Sejak lepas kandang, saya perhatikan kucing itu selalu lengket dengan anak saya.  Begitu melihat anak saya pulang kerumah dari sekolah TK Besar-nya mulailah Si Kumbang tebar pesona.  Tak henti-hentinya menggosok-gosokkan badannya ke kaki anak saya sambil terus mengikuti langkah Ade kemana saja. Suara meongannya pun kedengarannya merengek-rengek begitu manja.  Bahkan kucing itu sering naik ketempat tidur Ade. Nah kalau sudah begitu istri sayalah yang ngomel-ngomel.

" De, Si Kumbang tidak boleh naik tempat tidur! Awas bulunya bisa membuat kamu sakit", begitu sering saya dengar.  Sayapun cuma bisa tersenyum.  Pernah secara iseng saya tanyakan keanak saya : "Si Kumbang sudah tangkap tikus belam?"  Ade dengan polos malah menjawab : "Belum Yah, ikut-ikutan seperti kucing kampung nih takut ama tikus".  Wah ada-ada saja jawaban anak saya.

Suatu pagi, belum juga subuh istri saya terbangun dari tidurnya.  Sayapun jadi ikut terbangun gara-gara suara yang sangat ribut di halaman rumah.  Suara kucing mau kawin! " Kawin aja ribut amat, sih".  Begitu gerutu istri saya yang langsung mengambil seember air dan beranjak keluar rumah.  Diguyurkannya seember air tersebut ke suara-suara ribut di balik tanaman kesayangannya.  Tak terduga, istri saya menjerit kaget ketika sesosok warna hitam meloncat menerjang masuk kedalam rumah.  Wah ternyata Si Kumbang basah kuyup keguyur air.  Rupanya ia terpikat kucing kampung!

Di hari minggu kemarin, saya telat bangun pagi karena malamnya begadang browsing kesana kemari main twitteran.  Rumah terlihat sepi, di pintu kamar mandi terlihat tempelan kertas pesan dari istri : " Ke mall dulu belanja bulanan sama anak-anak.  Sarapan ada di meja dapur."

Habis mandi dan minum kopi, saya beranjak kedapur ambil sarapan.  Heran, bukan kebiasaan istri saya menaruh piring kosong dibalik tutup saji.  Lah mau sarapan, lauknya apa nih.  Saya agak curiga ketika mendengar suara-suara si Kumbang di kamar anak saya yang sedikit terbuka.  Sayapun melongoknya ke dalam.  Hah ! Ternyata Si Kumbang lagi asyik memakan paha ayam goreng jatah sarapan saya! " Makdikipret dasar Kucing Garong, jatah tuannya kau embat saja! ", begitu omel saya dalam hati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline