Nama Ilham Akbar Habibie mendadak menjadi perbincangan setelah dirinya memutuskan untuk maju ke dalam konstestasi politik di Pilkada Jawa Barat.
Setelah publik bersitegang dengan drama dinasti politik dalam pemilihan presiden, kehadiran Ilham memberi suasana baru yang penuh harapan.
Mungkin, Ilham tidak termasuk dalam kriteria politisi yang mendukung dinasti politik. Akan tetapi, sosok Presiden ke 3 RI, B.J. Habibie-Bapaknya-cukup memiliki pengaruh yang luar biasa besar dalam pencalonannya di Pilkada Jawa Barat.
Terpaut 25 tahun sejak Pak Habibie memutuskan untuk tidak lagi berkecimpung di politik, namun pengaruh itu masih terasa. Mungkin, hal itu terjadi berkat jasanya memulihkan perekonomian Indonesia yang sempat dilanda krisis pada tahun 1998. Pak Habibie tergolong salah satu Presiden RI yang 'pensiun' tanpa kontroversi. Bahkan, cerita hidupnya sampai dijadikan film yang cukup banyak diminati penonton. Beliau adalah Presiden yang amat dihormati rakyatnya.
Kini, kebesaran nama Pak Habibie sebagai pemimpin dituai oleh putranya. Berbeda dengan fenomena dinasti politik yang terjadi baru-baru ini, Ilham Habibie tidak mendapatkan 'dukungan' secara langsung dari Bapaknya untuk bertarung di Pilkada.
Sebaliknya, ia justru maju untuk melanggar fenomena itu. Ia maju dengan tekad yang ditularkan dari Bapaknya sejak kecil. Tekad untuk memperjuangkan Indonesia menjadi bangsa yang maju dan tidak dipandang sebelah mata oleh bangsa lain. Tekad yang membakar dirinya untuk menjadi teknokrat Indonesia yang berdaya saing global.
Agar generasi muda Indonesia tidak terlanjur menganggap 'cawe-cawe' sebagai tradisi. Agar masyarakat Indonesia mengingat kembali bahwa putra-putri terbaiknya masih ada, dan mau berjuang untuk kemajuan bangsa.
Akan tetapi, Ilham bisa juga dikatakan politisi yang mendukung dinasti politik. Sebab, ia bernaung di bawah nama besar Bapaknya untuk mendapatkan kursi kekuasaan. Sayangnya, pengalaman, dedikasi dan kontribusinya kepada negeri ini sebelum mencalonkan diri membantah hal tersebut. Ia bisa saja melakukan itu semasa Bapaknya hidup.
Tapi ia tidak lakukan itu. Ia lebih memilih melanjutkan visi Bapaknya untuk memajukan bangsa ini di bidangnya sendiri. Kini, bidangnya saja yang berbeda, namun visinya tetap sama. Visi itulah satu-satunya pengaruh besar dari Bapaknya yang masih ia rasakan hingga saat ini. Lantas, apakah dengan berbekal visi Bapaknya itu, Ilham termasuk dalam dinasti politik?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H