Di segmen kedua, panelis menantang para Cawagub DK Jakarta untuk beradu visi dan misi. Kali ini, giliran Suswono, Kun Wardhana, dan Rano Karno menjawab setiap permasalahan yang sudah disiapkan panelis untuk diberikan jalan keluar menurut versi paslon masing-masing. Berikut ulasannya.
Tata Kelola Pemerintahan
Menurut Air Quality Index, Jakarta mengalami kualitas udara terburuk ketiga di dunia pada tahun 2023 dan dikategorikan sebagai udara yang tidak sehat. Jakarta perlu berkolaborasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah lainnya dan Industri untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut, termasuk banjir, transportasi publik, sampah, perumahan, dan keterbatasan air bersih. Di sisi lain Jakarta harus bersiap untuk menjadi kota global dan DKJ. Lantas, bagaimana membangun kolaborasi inter government dan intra government dalam menyusun kebijakan dan layanan publik?
Suswono, Cawagub dari paslon nomor urut 1 menjawab pertanyaan tersebut dengan kalimat pembuka yang tidak tepat sasaran. Gagasan strategi kolaborasi inter government dan intra government yang diminta oleh panelis justru dijawab dengan uraian program pengembangan industri kreatif dalam upaya untuk mengurangi polusi. Selain itu, kader PKS ini juga mengusulkan untuk menambah ruang terbuka hijau dengan target 3 juta pohon agar mampu menyerap CO2.
Kun Wardhana menanggapi usulan Pak Sus dengan lebih akurat. Menurutnya, perlu ada efisiensi birokrasi antara hubungan kerja sama antara Pemerintah DK Jakarta, baik dengan Pemerintah Pusat ataupun dengan Pemerintah Daerah lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, Kun menegaskan kembali pentingnya transparansi layanan publik dan partisipasi publik dalam mengawasi jalannya program pemerintah DK Jakarta yang akan mampu difasilitasi dengan program internet gratis ke semua warga. Dengan internet gratis tersebut, warga Jakarta akan mudah mengakses berbagai informasi, layanan publik dan menyampaikan keluhan-keluhannya.
Sementara itu, Rano Karno relatif tidak memanfaatkan waktu untuk memberi tanggapan dengan kritik atau masukan yang maksimal. Si Doel, hanya menegaskan bahwa Jakarta tidak bisa menyelesaikan masalah perkotaannya sendiri. Oleh karena itu, Jakarta harus dikembangkan menjadi aglomerasi yang menjangkau daerah-daerah di sekitarnya. Tidak ada penjelasan yang lugas tentang bagaimana strategi kolaborasi yang diusulkan Si Doel.
Mendengar tanggapan dari kedua lawannya, Suswono seolah jumawa. Menurutnya, kedua lawannya itu cukup mendukung gagasan yang telah ia sampaikan di kesempatan pertama. Padahal, di kesempatan pertama belum menjawab tantangan panelis sama sekali. Di kesempatan kedua, ia menegaskan strategi desentralisasi pengelolaan anggaran ke setiap RW untuk mengurangi kebocoran anggaran dan menitik beratkan pengalokasian anggaran untuk program padat karya. Sayangnya, pernyataannya di kesempatan kedua masih belum sesuai dengan harapan panelis dan publik.
Ketahanan Budaya
Budaya betawi perlu dikembangkan sebagai modal Jakarta untuk menjaga identitas lokal ditengah derasnya moderenisasi. Sudah 24 tahun pembangunan perkampungan budaya Betawi sebagai laboratorium pengembangan budaya betawi dilakukan, namun hasilnya masih jauh dari harapan. Pada giliran kedua, Cawagub dari paslon nomor urut 2, Kun Wardhana dimintai pendapat tentang bagaimana memperkuat budaya Betawi berbasis komunitas dan ruang kreatif agar tidak punah.
Menurut Kun, meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya budaya Betawi dapat dilakukan melalui pendidikan berbasis budaya yang dilakukan sejak usia dini. Selain itu, sarana dan prasarana komunitas budaya Betawi dan tempat-tempat lainnya perlu ditingkatkan. Kun juga akan menggratiskan Taman Ismail Marzuki (TIM) bagi masyarakat, agar masyarakat dapat mengenal budaya Betawi di TIM. Pengelolaannya akan dikembalikan ke dinas kebudayaan, setelah sebelumnya dipegang oleh Jakpro. Selain itu, Kun mengusulkan adanya dana abadi untuk para seniman Betawi dan membangun ekosistem budaya Jakarta dengan para stakeholder terkait.