Gelaran debat perdana pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur (paslon) DK Jakarta pada Minggu, 6 Oktober 2024 telah menyita perhatian sebagian besar warga Jakarta.
Mereka yang antusias menyaksikan calon pemimpin impiannya berdebat mencoba mendalami visi dan misi yang diajukan dan dipertandingkan antara masing-masing paslon.
Di debat perdana ini, para paslon diadu gagasannya terkait penguatan sumber daya manusia dan transformasi Jakarta menjadi kota global.
Debat terbagi menjadi tiga sesi. Di sesi pertama, masing-masing Calon Gubernur (Cagub) diminta mengajukan solusi atas permasalahan-permasalahan yang dialami oleh warga Jakarta selama ini. Siapa yang unggul di sesi pertama debat perdana ini? Berikut ulasannya.
Ketimpangan Gender
Berdasarkan data BPS, Indeks Ketimpangan Gender di Jakarta adalah sebesar 0,256. Angka ini menungjukan bahwa tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan hanya 50,12 %, sedangkan laki-laki menempati porsi lebih besar, yaitu 80,25 %. Selain itu, 65,54% berpendidikan minimal SMA. Proporsi ini lebih kecil dibandingkan laki-laki yang menempati angkat 72,71%.
Menyikapi permasalahan tersebut, Cagub nomor urut 1 (Ridwan Kamil) ditantang untuk mengusulkan langkah-langkah strategis dan kongkret untuk meningkatkan partisipasi angkatan kerja dan pendidikan bagi perempuan di Jakarta.
Dengan pengalaman yang cukup matang selama menjadi walikota Bandung dan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengajukan solusi peningkatan pendidikan dan akses kemudahan berusaha bagi perempuan.
Jika terpilih, dirinya akan menjalankan program sekolah gratis, baik di sekolah negeri ataupun sekolah swasta yang ditunjuk. Selain itu, akan dibuat sekolah perempuan di Balai RW dan program kredit usaha untuk kelompok perempuan yang beranggotakan 5 orang. Sehingga, perempuan dapat menentukan masa depannya secara mandiri.
Menanggapi gagasan Kang Emil, Cagub nomor urut 2 (Dharma Pongrekun) menegaskan bahwa kunci keberhasilan kesetaraan gender adalah adab.