Lihat ke Halaman Asli

Pul, Awakmu Gelem Diadusi Paitun Gundul, Thah?

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14272708592125492488

“Kalau tak mau makan,
nanti dipanggilkan Paitun Gundul, lho.
Ayo makan !”
Anak kecil pun takut lalu mau makan.
“Kalau tak mau mandi,
nanti dimandikan Paitun Gundul, lho.
Ayo mandi !”
Anak kecil pun takut lalu mau mandi.
“Kalau nakal,
nanti Paitun Gundul datang lho.
Ayo jangan nakal !”
Anak kecil pun takut lalu mau menurut.

Paitun Gundul,
wanita gelandangan Kota Malang tahun 1960-an,
yang katanya tak waras karena kehilangan bayinya,
yang kemana-mana bawa gendongan dan payung,
yang dikenal namanya tapi banyak yang tak tahu sosoknya.
yang katanya punya anak tapi entah di mana,
namanya memang sering dipakai agar anak menurut.
Kalau tidak,
mungkin orang seperti Ipul, Kabul
dan banyak orang asal Malang usia 60 tahunan
tak berhasil seperti sekarang.

Maka usai cerita kembali soal Paitun Gundul,
Kabul bertanya kepada Ipul, seorang pengusaha besar.
“Ipul, awakmu gelem diadusi Paitun Gundul, thah ? “,
tanya Kabul, seorang politisi sahabat karib Ipul (1)
“Ah, emoh ah. Ayas lak wis gede thah...Gak Ilok ! ”
jawab Ipul. (2)

Catatan : (1) Sebagai memori atas keberadaan Paitun Gundul di Malang sekitar periode 1960-1970.(2) “Ipul, awakmu gelem diadusi Paitun Gundul, thah “ (bahasa Malangan) = “Ipul, kamu mau dimandikan Paitun Gundul ? “ ; (3) “Ah, emoh ah. Ayas lak wis gede thah...Gak Ilok ! ” (bahasa Malangan) = Ah tak mau, saya kan sudah besar. Tidak etis “ ; (4) Sumber foto : http://es.twtrland.com/profile/bernadoadhy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline