Ketika Mas Klinyo masih menjadi pegawai yunior di pabrik air mineral dalam kemasan, air liurnya sering hampir ke luar. Ya hendak menetes setiap mendengar cerita bahwa supervisornya hampir setiap hari keluar kantor hanya untuk makan siang di resto terkenal.
Mas Klinyo harus menahan air liurnya. Ia ingat bahwa keinginannya dibatasi oleh gaji pas-pasan. Ia harus berhemat dan untuk itu ia cukup makan di "warteg". Ya, sekali makan di resto tempat bos biasa makan, ongkosnya lima kali lipat dibandingkan dengan di warteg.
Untuk kedua kalinya, air liur Mas Klinyo, yang sudah jadi supervisor, hendak menetes lagi ketika menyertai manajernya tugas ke luar kota. Ya hendak menetes lagi di malam hari di hotel tempatnya menginap ketika dari jauh menyaksikan manajernya membawa wanita seksi ke dalam kamar.
Mas Klinyo harus menahan air liurnya. Dia ingat duit terbatas. Dia ingat pacar yang tak lama lagi akan dinikahi. Dia ingat penyakit.
Ketika kemudian Mas Klinyo menjadi manajer, air liurnya hendak meluncur turun lagi. Ya, hendak turun lagi saat melihat mobil bagus dikendarai oleh isteri direkturnya. Mas Klinyo, yang sudah berkeluarga, membayangkan betapa senang isterinya bisa menikmati mobil seperti itu.
Mas Klinyo harus menahan air liurnya. Dia ingat gajinya hanya pas untuk bayar cicilan rumah, bayar sekolah anaknya, bayar tabungan asuransi serta bayar tetek bengek urusan rumah lainnya.
Ketika Mas Klinyo kemudian menjadi juragan perusahaan besar. Air liurnya hendak menetes lagi. Ya hendak meluncur lagi ketika melihat banyak gadis cantik-seksi dapat dipesan di mana saja dia berada. Baik di Jakarta maupun selama ada di luar kota.
Ia membayangkan kalau setiap malam bisa berganti variasi, alangkah tidak membosankannya. Apalagi 2 tahun belakangan ini isterinya cenderung galak. Kecantikannya sewaktu pacaran menyusut diganti cemberut. Bahkan yang tidak disenanginya, isterinya suka sekali menuntut dan menyuruh. Seolah dialah yang Ratu sedang Mas Klinyo abdinya.
Mas Klinyo harus menahan air liurnya lagi. Dia ingat anak. Dia ingat penyakit. Dia ingat bisa kena jantung lalu mendadak mati saat mengayuh hasrat bersama si cantik seksi.
"Begitulah Jon bagaimana berkali-kali air liurku hendak menetes tapi aku harus menahannya. Untung bisa dan air liurku masih tetap saja seperti dulu. Tidak hilang asinnya....hahaha, " kata Mas Klinyo sambil menahan air liur yang hampir keluar bersamaan dengan derai tawanya.
"Air liur, air liur, engkau tetap saja menetes di mana saja dan kapan saja. Air liur, air liur, kapankah engkau tidak menetes lagi ?" tanya Jon Balekon dalam hati.