Lihat ke Halaman Asli

Demokrasi Doa

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika di sana-sini bangsamu dan juga bangsaku
asyik sendiri dengan demokrasi, demonstrasi dan keleluasaan bicara
lalu banting meja,
dan ketika aku dan kamu juga asyik
dengan selfie, reuni, chatting, whatsapp, bbm, fizbuk
dan medsos lainnya,
maka bisa jadi kamu dan aku lupa
atau tak sempat
mendoakan ketua erte dan erwe
lurah atau kades,
camat, bupati dan gubernur
wakil rakyat, birokrat dan pemimpin negaramu yang juga negaraku.

Dan karena itu sungguh kasihan, rapat, sidang dan sejenisnya
hampir selalu dirundung emosi
acapkali kepepet mengambil keputusan
yang saling tumpang ttindih
dan tak komprehensif.

Dan kalau sudah seperti itu
kamu dan aku akan galau di sini
lalu nggrundel di sana.
Ya salahmu sendiri, ya salahku sendiri,
mengapa tak ikut mendoakan
Bukankah doa adalah energi untuk menahan emosi ?
Bukankah doa adalah pintu melihat persoalan dengan jernih ?
Bukankah doa adalah spirit untuk melihat manusia sebagai utusan Yang Maha Kuasa ?
Bukankah doa lebih baik daripada hanya mengisyu ?
Dan bukankah doa banyak orang lebih manjur daripada doa sedikit orang ?
Sastrawan Batangan, 29 Oktober 2014
Menyambut Momentum Pembantingan Meja Oleh Anggota DPR dari PPP




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline