PUISI SEDIH "KEMATIAN PUISI" : SASTRASABA (ILKHAS SUHARJI)
"Sayang, aku menuliskan catatan ini di Jogja, pada sebuah meja angkringan di kantin rumah sakit dr. Sardjito, kau sedang apa di sana cinta? Stasiun tugu, Malioboro dan Taman Pintar masih ramai dini tadi, pun begitu dengan Tugu Monumen Jogja Kembali, puluhan muda mudi sama-sama sibuk berselfi, aku menanyakan pada diri sendiri, 'Kapankah terjadi kematian puisi?'."
.
"Bisa jadi ia akan hembuskan nafas terakhirnya, ketika hanya dijadikan bualan-bualan ideologi, atau bisa jadi ia akan sekarat ketika tubuhnya tersayat bacaan deklamasi dan riuh tepuk tangan yang membuatnya congkak, ia menjerit seperti para pasien di sini menahan sakit. Lalu 'apakah tanda masih hidupnya sebuah puisi?' Mungkin jawabannya adalah 'Sepi'. Betapa banyak pengarang sekarang, termasuk juga diriku sayang, menjadikan puisi hanya sebagai catatan prasasti berkronologi, atau potret kondisi dan situasi. Tapi, 'apa sebenarnya maksud terciptanya puisi?'."
.
"Aku kira jawabannya adalah 'pertanyaan', puisi adalah pertanyaan untuk membuat penikmatnya menemukan kesadaran dan kedasaran jawaban. Lalu, 'Apakah makna puisiku?' Ah, itu hanya untuk semata-mata hiburan, bisa jadi malah untuk bahan tertawaan. Sebaiknya, biarlah puisiku untukmu ini, menemukan sendiri jalan hidupnya menuju abadi!"
.
#IlkhasSuharji #Jogja-041216
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H