Lihat ke Halaman Asli

Ilkhas Suharji

Pemuda Wonosobo yang mempunyai motto Progresif Kontributif dan Inspiratif

Dekatkan Tangan dengan Kepala-Mu

Diperbarui: 9 Maret 2019   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: ipnu


"Yang diam tak pernah ada,,,
Yang ada tak pernah diam,,,
,,,Tak pernah ada yang diam."
(Soe Har Jie)

Sekelompok pendaki terdiri dari empat orang manusia sedang berjalan menuju puncak sebuah gunung, di tengah perjalanan, mereka mendapati sebongkah batu besar menutup jalan sehingga menghentikan perjalanan mereka.

"Pendakian kita telah selesai, kita tidak mungkin menyingkirkan batu itu, kita kembali pulang saja!" Kata salah seorang diantaranya menghadapi hal seperti itu.

"Sebentar! Kita bisa berfoto dengan fenomena batu ini, bukankah Tuhan memberikan anugrah besar pada kita kali ini, ini suatu hal yang langka, kita tidak boleh melewatkannya!" Seorang lagi langsung mengambil kamera dari tasnya dan berselfi ria dengan latar belakang batu tersebut.

"Tunggu tunggu! Batu ini datang dari mana? Apakah hanya sekedar menggelinding saja dari atas? Lihat! Batu ini mempunyai warna yang unik, aku akan mengambil beberapa serpihannya untuk kuteliti kandungan mineralnya, beberapanya juga mungkin akan aku jadikan mata cincin akik terbaru, kita bisa kaya!" Timpal orang ketiga mengamati batu besar itu.

"Sebegitu mudahkah kita menyerah pada apa-apa yang menghalangi jalan kita mencapai tujuan awal? Ini adalah permasalahan yang akan menguatkan kita kawan! Ini adalah tantangan, dan kita harus menghadapinya!" Tukas yang keempat.

Dari cerita singkat tersebut, sebenarnya kita bisa mengambil pelajaran untuk bagaimana kita bersikap, terutama saat menghadapi tantangan kehidupan. Tantangan terbesar saat ini adalah berkembang pesatnya teknologi, dari hari ke hari semakin bervariasi, jika tidak diperhatikan dan diolah dengan baik tentunya bukan tidak mungkin hal ini yang akan membunuh manusia itu sendiri, terutama yang berkaitan dengan sifat moral dan kealiman hati nurani.

Generasi muda Nahdlatul Ulama menjadi perhatian terbesar dan terpenting, karena Pelajar NU adalah benih penerus perjuangan para Kyai dan pejuang negara Indonesia kita tercinta. Jika sampai para mudanya terlena, mudah menyerah dan egois menghadapi tantangan teknologi, maka tunggu matinya saja bangsa ini.

Kita tentu ingat pepatah; 'Hanya ikan mati yang terbawa arus.' Artinya kita tidak boleh membiarkan diri terseret oleh arus globalisasi atau modernisasi tanpa kita bisa memegang kendali. Pelajar NU boleh bersuka ria menggunakan teknologi sebagai hiburan diri, tetapi tidak boleh jika sampai tenggelam di dalamnya dan sampai melupakan kewajibannya. Justru sebaliknya kita harus bisa mengendalikan teknologi sebagai media untuk memudahkan tegak berdirinya visi organisasi dan dakwah islam rahmatan lil 'alamin. Ingatlah kita akan pesan kanjeng Sunan Kalijaga; 'Anglaras ilining banyu, angeli ananging ora keli', kita bisa update sesuatu yang kekinian, tetapi kita harus bisa mengendalikannya agar tidak mati karena ternyamankan tenggelam di dalamnya. Ingat! Belum tentu yang nyaman itu aman.

'Kau tenggelam itu bukan karena kau tidak bisa berenang, tetapi kau tenggelam karena kau hanya diam.' (Anonym).

Lalu bagaimana peran gerak IPNU/IPPNU saat ini?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline