Lihat ke Halaman Asli

Demi Cintanya pada Isteri, Rela Membunuh Delapan Anaknya....

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Ini berita yang sudah usang, tetapi dilupakan oleh sebagian besar manusia beradab, dimanapun. Tetapi setidaknya tulisan ini berguna di saat para wanita Indonesia sedang meninggikan derajatnya, pada peringatan hari Nasional 21 April yang baru lalu.

Sebuah tragedi cinta, antara seorang bernama Santanu Raja muda dari negeri Hastina, yang memperisteri seorang bidadari bernama Dewi Gangga. Sejak malam pengantin hingga tiga tahun lamanya, setiap sanga pria mendatangi wanitanya,...selalu menolak ajakan memadu kasih.

Kemudian Sang Rajamuda ini mendatangi permaisurinya ketika, malam bulan purnama. Hasratnya sudah tidak terbendung lagi, maka meski agak sudah diambang kejenuhan, tetapi jangan samapi kepalanya meledak.

" dinda permaisuriku, belahan jiwaku, apakah engkau tak melihat betapa kepalaku ini hampir meledak, karena menunggumu sudah tiga tahun lamanya, tidakkah engkau ingin membagi cinta dimalam purnama ini ?"

Rupanya sang Permaisuri sudah tidak kuat untuk membendung hasratnya, tetapi masih jaim, ' aku mau..tapi punya satu permintaan pada Kanda Prabu..."

Inilah kalimat yang ditunggu -tungu; " cepat katakan permaisuriku, asal tidak minta matahari diturunkan dari tempatnya, aku akan penuhi permintaanmu "

Sabda pandita ratu, kanda Prabu......aku hanya minta selama pernikahan kita ini tidak direpotkan oleh anak..maka kelak jika aku melahirkan dari pernikahan ini, bayi itu harus dibunuh...olehmu sendiri...

Hasrat ingin menikmati buaian asmara, sudah menutupi akal sehatnya, maka tanpa pikir panjang, permintaan yang tidak masuk akal itupun di setujui tanpa syarat.

Satu tahun kemudian ...

Sang Permaisuri Dewi Ganggawati telah melahirkan bayinya yang pertama...seorang bayi lakilaki, dan ini membuat sang Prabu merasa sangat gembira, karena sudah mempunyai pewaris tahta kelak. Pada saat asyik menimang sang bayi...permaisuri mendatangi seraya mengatakan " kau masih ingat janjimu kanda...?..." tidak yayi"...dan bayi itupun dilempar ke sungai. Keduanya tiadak ada rasa penyesalan ataupun rasa bersalah.

Tahun berikutnya...melahirkan lagi...dan itupun berturut-turut hingga delapan kali..bayi yang terlahir dari hubungan resmi, seorang Raja dan permaisuri yang bidadari itu , bayi yang tanpa dosa itu dibuang ke sungai di depan istananya.

Namun pada kelahiran bayi berikutnya, Prabu Santanu hatinyabimbang, dan akhirnya membatalkan untuk membunuhbayi yang ke Sembilan. Karena sang Prabu Santanu mengingkari janjinya,sang Bathari Ganggawati meninggalkan suaminya dan kembali ke Kahyangan. Dari peristiwa tersebut, untuk kemudian hari, sungai itu diberi nama sungai Gangga.

Suatu hari sang Prabu dengan seorang bayinya yang terus menerus menangis, dan tak seorang wanitapun mampu untuk menyusuinya. Sebab setiap wanita yang habis menyusui bayi tersebut, terus meninggal. Akhirnya Prabu Santanu membuat sayembara, siapapun wanita yang mau menyusui anaknya, ia diangkat jadi permaisuri. Tetapi semua wanitanya mengungsi karena ketakutan, meskipun bakal diangkat menjadi sang Permaisuri..

Ternyata penyebabnya adalah sang jabang bayi itu sejak lahir belum diberi nama, maka sejak kejadian yang terakhir, sang Prabu memberi nama Dewabrata atau Jahnawisuta.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline