Lihat ke Halaman Asli

Dini Vegenkey

Tukang Silahturahmi di Google

Lelaki Berseragam Itu "Playing Victim"

Diperbarui: 2 Februari 2021   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Playing Victim julukan pas untuk seorang yang hidupnya penuh dengan
drama kebohongan demi keuntungan dirinya sendiri. Seperti laki laki
yang bernama Marco. Sejak Awal berhubungan dengan Kartika, wanita
lugu yang penyabar, kelicikan Marco sudah terlihat oleh kakak
perempuan Kartika yang bernama Ayumi. Entah karena keluguan dan dan
kepolosan Kartika, seakan dia tidak melihat keburukan yang sebenarnya
tampak jelas dalam diri Marco.

Sejak Awal Ayumi telah menyelidiki siapa Marco. Dari
penyelidikannya kepada teman teman dekat Kartika, bahwa Marco memang
sengaja mecari teman wanita yang minimal dari keluarga berada.
Mungkin saja berharap akan hidup enak ketika berumah tangga di
kemudian hari. Sebelum berpacaran dengan Kartika, Marco sempat
mendekati Jenny teman dekat Kartika, yang notabenenya dia adalah anak
orang kaya. Namun Jenny tidak menyukai Marco dan menolaknya mentah
mentah. Dan entah kenapa, selang berapa bulan, dia mendekati Kartika.
Sebenarnya jika Kartika lebih sedikit peka, dan mau mendengarkan
pendapat teman temannya, mungkin saja mereka tidak sempat jadian.
Namun mereka akhirnya menikah juga.

Sebelum menikah, Marco hanya seorang yang kerja
serabutan, tapi Kartika siap menerima Marco apa adanya. Dia
berkeyakinan bahwa Marco tidak seburuk apa yang di katakan orang
orang. Namun kondisi pernikahan mereka mulai berubah sejak Kartika
mengandung anak kedua di tahun ke empat pernikahan mereka. dimana
Marco telah resmi diangkat sebagai Pegawai pemerintahan. Dia mulai
besikap cuek, dan tidak memperhatikan keluarganya, terutama kartika
istirnya. Apalagi jika ada keinginanya yang tidak terwujud, Dia
selalu menyalahkan Kartika, entah apapun masalahnya selalu Kartika
yang selalu disalahkan, walaupun Kartika sendiri tidak tahu apa yang
menjadi masalah dengan Marco. Tak Jarang Marco memaki maki kartika
dengan kasar, bahkan tak segan segan dia memukul bahkan menendang
Kartika, jika emosinya meningkat.

"Aku menyesal menikah denganmu! Seharusnya aku bisa
hidup senang dengan hasil kerjaku, bukannya seperti ini, harus
membiyai hidupmu, juga anak anakmu!"
"Coba saja dulu aku tidak menikah denganmu, mungkin aku sudah punya
appartemen yang nyaman, mobil idaman, dan jalan jalan ke luar negeri
!"
Bayangkan pemirsa...seorang suami yang berkata demikian terhadap
istrinya, apa kah yang dirasakan hati oleh seorang istri?

Kartika mencoba untuk bersabar, karena hanya itu yang
dapat dia lakukan, apalgi dia sedang menunggu hari untuk persalinan
anak kedua mereka. Dan sudah bisa ditebak, hingga sampai di ruang
operasi seccar , Marco tidak menemai Kartika yang sedang berjuang
antar hidup dan mati, dia malah senang senang bersama perempuan
perempuan di tempat karaoke.

Baru dua bulan si kecil lahir, Marco mengeluh masalah
pengeluaran rumah tangga mereka yang jelas bertambah."Aku capek kerja
seharian, tapi tidak bisa menikmati hasil keringatku sendiri, dan aku
tidak mau menjadi sapi perahanmu sampai tua ! Coba kamu pakai otakmu !
apa kamu tidak malu, selalu minta uang kepadaku! Makanya sana cari

uang sendiri, seperti istri teman temanku! tidak merepotkan suaminya!"
Kartika : " Aku mau kerja apa? aku baru saja melahirkan, dan anak anak
juga masih kecil. Dan siapa yang urus mereka kalau aku kerja?"
Marco : " Ya Jualan kek ! kamu kan punya warisan, rumah orang tua
kamu, ya jual lah, buat modal dagang! dari situ kan kamu punya
penghasilan! kan gak harus ngerepotin aku !Otak tu dipake !( sambil
tunjuk tunjuk kepala Kartika, dengan bengis)
Kartika : ( sambil terisak )Rumah warisan itu bukan miliku sendiri,
tapi ada hak kak Ayumi juga, nanti aku coba bilang ke kakak, kalau kak
Ayumi setuju.

Begitu kesalnya Ayumi mendengarkan cerita Kartika, saat
itu. Bagaimana Ayumi tidak emosi, Adiknya yang baru saja melahirkan
secara operasi seccar, disuruh suaminya untuk mencari nafkah sendiri,
bahkan Iblis itu menyuruh Kartika menjual rumah warisan Ayah, agar
Kartika bisa Mempunyai penghasilan dan tidak merepotkan dia? Lalu apa
gunanya dia punya suami? Cuma dianggap buat produksi anak saja,
lagipula, suaminya itu punya pekerjaan yang layak, dan bukan seorang
pesakitan yang tidak mampu mencari nafkah. Apakah yang aku khawatirkan
sejak dulu itu benar? Bahwa dia hanya orang yang mementingkan dirinya
sendiri, dan ingin hidup enak sendiri?
Suatu siang Kartika menelponku dengan menangis nangis.
Katika : " Jemput aku kak, aku sudah tidak sanggup lagi hidup dengan
manusia monster ini."
"Ada apa Tika? kamu kenapa?"
Kartika : " Aku dan anak anak diusir Marco! dan dia bilang, kalau dia
sudah tidak peduli lagi dengan kami."

Dengan emosi yang kutahan, buru buru aku bergegas menuju
bandara ,untuk menjemput adikku beserta anaknya.Karena Kartika tinggal
beda kota denganku. Enam bulan sudah adikku tinggal bersamaku,
Jangankan uang untuk biaya anak anaknya, telpon sekalipun tidak ada
niat dari Marco, yang menurut keluarga dan teman teman adikku, Marco
sedang sibuk sibuknya dekat dengan perempuan lain di sana.

Entah dari mana datangnya Makhluk planet satu ini, tiba
tiba muncul di hadapan kami. Marco! dia datang untuk menjemput Kartika
dan anak anaknya, dengan berusaha keras Kartika meminta kepadaku, agar
aku dapat mengizinkannya untuk kembali pulang kerumahnya bersama
Marco. Aku bisa apa? Mereka kan masih sah sebagai suami istri.

Tak lama ku dengar kabar dari Kartika dari sebrang sana,
dia sedang mengandung anak ketiga, kembar! Ya Allah, semoga Marco
berubah menjadi Suami dan Bapak yang baik untuk keluarga Adikku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline