Plagiarisme adalah tindakan menjiplak karya orang lain tanpa memberikan penghargaan atau pengakuan yang pantas terhadap sumber aslinya. Di era digital, dimana akses terhadap informasi semakin mudah dan cepat, plagiarisme menjadi persoalan yang semakin kompleks, terutama di kalangan Generasi Z. Lahir antara tahun 1997 dan 2012, generasi ini tumbuh dengan teknologi digital dan internet sebagai bagian integral dari kehidupan mereka. Kemajuan teknologi telah membawa banyak kemudahan, namun juga membawa tantangan baru dalam hal etika dan integritas akademik.
Generasi Z memiliki akses yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap berbagai sumber informasi melalui Internet. Platform seperti Google, Wikipedia, dan berbagai database ilmiah menyediakan berbagai macam informasi yang mudah diakses. Meski kemudahan ini memiliki banyak manfaat, namun juga membuka peluang terjadinya plagiarisme. Dengan begitu banyak informasi yang tersedia hanya dalam beberapa klik, godaan untuk menyalin dan menempelkan teks tanpa atribusi yang tepat sangatlah besar.
Namun dengan melimpahnya informasi, Gen Z juga perlu menyaring dan mengevaluasi sumber informasi yang digunakan dengan lebih kritis. Tantangan ini semakin diperparah oleh tekanan akademis dan sosial yang seringkali memaksa kita mencari jalan pintas untuk mencapai tingkat kesuksesan yang tinggi dalam waktu singkat. Oleh karena itu, sebagian orang mungkin tergoda untuk melakukan plagiarisme agar dapat menyelesaikan suatu tugas atau proyek lebih cepat.
Teknologi memfasilitasi plagiarisme, namun juga menyediakan alat untuk mendeteksinya. Berbagai software pendeteksi plagiarisme seperti Turnitin, Grammarly, dan Copyscape dapat membantu lembaga pendidikan dan individu mengidentifikasi karya yang tidak asli. Alat-alat ini memeriksa teks yang diunggah dan membandingkannya dengan database besar karya yang ada untuk menemukan kesamaan dan duplikasi.
Namun mengandalkan teknologi saja tidak cukup. Penting juga bagi lembaga pendidikan untuk menekankan pentingnya integritas akademik dan memberikan pendidikan tentang etika penulisan dan penggunaan sumber. Pelatihan yang tepat tentang cara mengutip sumber dengan benar, apa yang dimaksud dengan plagiarisme, dan cara mengembangkan keterampilan menulis asli dapat membantu mencegah plagiarisme.
Mengatasi masalah plagiarisme di era generasi Z memerlukan pendekatan holistik yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan mulai dari lembaga, guru, orang tua hingga siswa itu sendiri. Institusi pendidikan perlu menciptakan lingkungan seperti itu. Mendorong orisinalitas dan integritas. Hal ini dapat dicapai dengan menerapkan kebijakan yang jelas mengenai plagiarisme, menetapkan hukuman tegas bagi pelaku plagiarisme, dan menyediakan sumber daya dan pelatihan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan menulis yang baik.
Guru dan dosen juga berperan penting dalam menanamkan nilai-nilai integritas akademik. Mereka dapat memberikan contoh yang baik, memberikan instruksi yang jelas dalam mengutip sumber, dan membuat tugas yang mendorong pemikiran kritis dan orisinalitas. Selain itu, sangat penting untuk memberikan umpan balik yang membangun untuk membantu siswa memahami dan memperbaiki kesalahan mereka.
Orang tua juga dapat melakukan bagian mereka dengan membantu anak-anak mereka mengembangkan kebiasaan belajar yang baik dan menghargai kerja keras. Menekankan pentingnya integritas dan kejujuran dalam segala aspek kehidupan membantu mengembangkan karakter yang kuat dan etika yang baik sejak dini.
Artikel by : Sasmita Aulia M_PDB 123
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H