Lihat ke Halaman Asli

Sciencesosiopreneur, dari Kampus untuk Desa #AksiBarengLazismu

Diperbarui: 17 Juni 2015   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Kampus adalah tempat dimana para anak bangsa belajar dibidang masing-masing sesuai apa yang ingin mereka dalami. Berlatar belakang dari banyaknya riset di kampus yang belum banyak diimplementasikan secara nyata ke masyaraka dan melimpahnya kekayaan Indonesia yang belum sepenuhnya terolah serta SDM yang minim keteramipal. Gagasan ini menggabungkan antara pengetahuan-sosial-wirausaha.

Kabupaten Magetan memiliki wilayah seluas 688,85 km2. Secara administratif terbagi dalam 18 kecamatan, 208 desa dan 27 kelurahan. Terletak di kaki gunung Lawu sebelah timur yang membentang dari selatan ke utara membuat Kabupaten Magetan dikenal mendapat julukan GREEN BELT LAWU atau lingkar hijau Lawu. Secara geografis, Magetan terletak di sekitar 7o 38’ 30” lintang selatan dan 111o 20’ 30” bujur timur dengan ketinggian antara 660 s/d 1.660 meter di atas permukaan air laut. Suhu udara rata-rata di Kabupaten Magetan berkisar antara 16- 20o C di daerah pegunungan dan 22 - 26o C di dataran rendah. Rata-rata curah hujan per bulan tertinggi tercatat 487 mm pada bulan Maret tahun 2010.

Kabupaten Magetan mempunyai beragam potensi perekonomian mulai dari pertanian dan peternakan, perkebunan, serta potensi pariwisata. Hasil pertanian yang dimiliki sebagian besar adalah padi dan ubi kayu. Di bidang peternakan terdata 113.226 ekor sapi potong dan 120 ekor sapi perah. Dapat disimpulkan bahwa Kabupaten Magetan memiliki potensi yang besar di bidang pertanian dan peternakan, karena memang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Dari hasil pertanian dan peternakan tersebut terdapat produk sampingan berupa limbah peternakan dan limbah pertanian. Limbah dari peternakan dan pertanian memiliki nilai potensi tersendiri yang sampai sekarang petani dan peternak belum memanfaatkan secara maksimal, padahal jika diolah bisa memiliki potensi ekonomis yang tinggi.

Budidaya cacing tanah adalah sebuah gagasan yang kami tawarkan. Berawal dari kelompok ternak cacing di Kabupaten Magetan yang penasaran akan penemuan-penemuan ilmiah tentang pemanfaatan cacing tanah lebih lanjut dan setelah ditilisik dari berbagai jurnal ilmiah memang cacing tanah memiliki prospek kedepan yang bagus. Salah satu yang paling sederhana adalah pembuatan kompos cacing tanah seperti yang dimuat pada artikel ilmiah Tabloid Sinar Tani 2009 dan di web resmi http://www.litbang.pertanian.go.id/ oleh Warsana, bahwa cacing tanah dapat membantu pembuatan kompos atau yang dikenal dengan casting. Umumnya casting mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanaman seperti nitrogen, fosfor, mineral, dan vitamin. Karena mengandung unsur hara yang lengkap, apalagi nilai C/N nya kurang dari 20 maka casting dapat digunakan sebagai pupuk.

Selain casting, budidaya cacing tanah juga dapat diambil produknya berupa tepung cacing tanah sebagai imunostimulan dalam pakan udang. Dalam sebuah jurnal Aquaculture Management and Technology Vol tahun 2013 oleh Astri Pujiati, Sarjito, dan Suminto menerangkan bahwa penambahan tepung cacing tanah dalam pakan buatan dapat meningkatkan aktivitas ketahanan tubuh sebagai imunostimulan dari udang. Seperti yang telah kita ketahui bahwa pemanfaatan immunostimulan tidak memperlihatkan efek samping negatif pada udang, tidak seperti pada pemberian antibiotik (Anderson, 1992). Pada ikan, telah diteliti dan diterbitkan jurnalnya dalam Marine and Coastal Science Vol 1 tahun 2012 bahwa pemberian supplement feed berupa tepung cacing tanah 100% menghasilkan laju pertumbuhan dan retensi protein yang tinggi pada ikan bandeng.

Kami mengagas untuk membersamai warga tepatnya warga yang telah tergabung dalam Kelompok Ternak Cacing Kabupaten Magetan “Ma’isyatana Mulyauntuk meningkatkan skill dan memfasilitasi mereka berkembang. Peningkatan skill sangatlah penting bagi masyarakat sebagai bekal awal dari usaha yang kelak akan mereka tekuni dengan cara melakukan pelatihan-pelatihan teknis budidaya cacing tanah hingga proses pemasaran. Pada tahap awal hanya akan dilakukan dua hal, yaitu pembuatan casting dan budidaya cacing. Jika dalam jangka waktu yang kiranya kelompok ternak mampu mengadakan pengadaan barang, maka kami akan melanjutkan dengan pembuatan tepung cacing. Kembali ketahap awal, sebelum melakukan pemekaran usaha, pelatihan adalah kunci utama dan juga pemasaran. Evaluasi dan pembukuan juga menjadi perhatian. Tak menutup kemungkinan dari kelompok cacing ini mampu membuat produk dengan label sendiri untuk dipasarkan.

Besar harapan bagi kami, khususnya saya sebagai penulis untuk mendapatkan pendanaan dari Lazismu untuk melakukan gebrakan usaha dibidang budidaya cacing tanah ini yang bisa dibilang hal yang baru dilingkungan kami. Bukan karena saya menginginkan gelar juara atau hal lain, tapi hati kecil saya tergerak ketika salah seorang dari anggota kelompok ternak tersebut mencari saya di rumah yang ternyata tidak ada karena saya masih di Jogja kuliah dan akhirnya menelpon untuk meminta tolong agar dibantu mencarikan beberapa penjelasan ilmiah tentang budidaya cacing tanah. Sebagai seorang anak bangsa yang beruntung bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, ada beberapa penyesalan tidak dapat membantu atau turut serta semenjak awal. Tekad bulat mereka, dalam hal ini adalah kelompok ternak cacing tanah, yang membuat saya optimis dan bertekad melakukan apapun yang bisa saya lakukan untuk desa saya meski saya tidak bisa intens membersamai mereka secara intens, hal ini tidak merisaukan saya karena saya tidak sendiri. Mungkin jika tulisan kecil ini belum mampu mendapatkan pendanaan seperti yang kami harapkan, hal ini tak akan menyurutkan tekad kami untuk membuat perubahan. Karena memang rejeki tak akan kemana asal kita terus berusaha. Tuhan akan memberi jawaban terbaik atas segala usaha dan doa terbaik dari hambanya.

Daftar pustaka

Anderson, D.P. 1992. Immunostimulant, Adjuvant, and Vaccine Carrier in Fish: Application to Aquaculture. Annual Review of Fish Diseases. 21: 281-307.

Biografi penulis:

Anak bangsa asal daerah Magetan Jawa Timur, bertekad merantau mencari ilmu untuk suatu hari kembali sebagai anak bangsa yang lebih bersemangat dalam memajukan Indonesia lewat daerahnya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline