Lihat ke Halaman Asli

Tradisi Arak-arakan Ogoh-Ogoh Masyarakat Desa Munggugianti dalam Memeriahkan Hari Kemerdekaan Indonesia.

Diperbarui: 8 Desember 2021   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Desa Munggugianti Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik memiliki tradisi tahunan dalam memeriahkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia yaitu dengan arak-arakan ogoh-ogoh atau masyarakat biasa menyebutnya dengan karnaval. Tradisi ini sudah ada sejak tahun 2012 hingga saat ini. 

Tradisi arak-arakan ogoh-ogoh ini sebagai bentuk rasa cinta tanah air dan rasa syukur masyarakat Desa Munggugianti atas kemerdekaan Bangsa Indonesia. 

Awalnya arak-arakan ini tidak semeriah dan sebesar sekarang, hanya dibuat kecil-kecilan untuk memeriahkan HUT RI, namun melihat warga yang begitu antusias dalam acara ini akhirnya setiap tahun arak-arakan semakin ramai dan meriah, baik peserta ataupun penontonnya. Namun sangat disayangkan karena Agustus tahun ini pandemi maka karnaval ini ditiadakan.

Karnaval Desa Munggugianti menempati peringkat ke-2 karnaval termeriah di Kabupaten Gresik setelah Desa Sembayat. Hal ini dibuktikan dengan antusias warga yang sangat semangat berkreasi dan berlomba-lomba membuat ogoh-ogoh terbaiknya. 

Tidak hanya itu, antusias warga Desa Munggugianti juga patut diacungi jempol, mulai dari anak-anak hingga warga yang sudah sepuh ikut memeriahkan karnaval ini. Dengan menggunakan pakaian adat dan riasan wajah dari berbagai daerah di Indonesia serta musik yang mengiringi, warga berjalan arak-arakan dengan semangat 45.

"Arak-arakan ogoh-ogoh ini diikuti warga per RT, jadi setiap RT Wajib mengikuti dan mengirimkan 1 hasil kreasi terbaik ogoh-ogohnya, diikuti warga yang berjalan mengiringi dibelakangnya. Mulainya dari Dusun Gianti RT 09 jadi semua ogoh-ogoh dikumpulkan disana, warga yang mengiringi juga akan berjalan mulai RT 09 sampai finish di balai desa Munggugianti. Jadi kurang lebih ada 9 ogoh-ogoh yang dipamerkan dan diarak warga menuju balai desa. Setelah selesai penilaian ogoh-ogoh tersebut dirusak dan dibakar ada juga yang dibawah pulang dan disewa warga desa lain untuk acara karnaval desanya." Kata salah satu warga Desa Munggugianti.

Karnaval di desa ini juga sudah tidak asing lagi untuk desa-desa tetangga. Sudah menjadi acara tahunan sehingga dapat dipastikan saat karnaval ini diadakan jalan raya akan macet. 

Banyaknya peserta yang antusias ini dikarenakan jumlah peserta dari masing-masing RT akan dihitung untuk menjadi salah satu kriteria penilaian. Kriteria penilaian juga dilihat dari keunikan dan keselarasan kostum/pakaian adat yang dipakai peserta dengan tema yang diangkat serta kesinambungan hubungan kostum dengan ogoh-ogoh yang dibuat. 

Tidak hanya itu kriteria penilaian juga dilihat dari kreativitas ogoh-ogoh yang dibuat mulai dari aspek bentuk, warna, tekstur, dan kerumitan pembuatan. 

Besarnya ogoh-ogoh yang diarak dan para penonton yang tidak bisa dihitung jumlahnya juga menjadi alasan kemacetan saat acara karnaval berlangsung. 

Bahkan ada yang dari luar kota sengaja jauh-jauh datang hanya untuk melihat acara karnaval di Desa Munggugianti ini. Tidak hanya arak-arakan, disetiap gang/RT peserta wajib menampilkan 1 pertunjukan seni sehingga daya tarik masyarakat luar untuk melihat acara ini sangat besar.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline