Memilih jurusan atau Program Studi (Prodi) yang sesuai dengan passion dan bakat adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan dengan baik. Namun, tak ayal beberapa orang justru memilih prodi yang tak pasaran dan terkesan menantang. Menurutnya berkuliah di prodi yang tak selinear dengan minat dan bakatnya dapat memacu semangat dan adrenalin yang bekerja di dalam tubuh.
Salah satu universitas yang memiliki prodi tak biasa adalah Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo yang ada di Kota Semarang. Sebagai salah satu universitas yang bergerak di bidang keagamaan, khususnya islam, UIN Walisongo menawarkan berbagai prodi keagamaan yang hanya bisa dijumpai di sana.
Lantas, apa saja prodi unik dan jarang ditemui selain di UIN Walisongo yang bisa jadi pilihanmu?
Akidah dan Filsafat Islam
Seperti namanya, prodi ini banyak mengulik tentang ilmu-ilmu filsafat yang bagi sebagian orang ini adalah ilmu yang riskan untuk dipelajari. Meski begitu, UIN Walisongo justru menawarkan ilmu ini yang dikemas di sebuha prodi Akidah dan Filsafat Islam (AFI).
Salah satu ilmu filsafat yang dipelajar di prodi ini adalah filsafat indigenous, menurut (Kim & Berry, 1993) indigenous yaitu suatu studi ilmiah mengenai perilaku dan proses mental manusia yang bersifat indigenous, tidak diambil dari area lain, dan diperuntukkan bagi masyarakat yang menjadi subjek penelitian tersebut.
Dalam mata kuliahnya sendiri, prodi AFI tak hanya mempelajari tentang filsafat saja, tetapi juga pengetahuan ketuhanan atau mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kepada Allah dan agama, terutama berdasar kitab suci. Materi-materi tersebut termaktub dalam mata kuliah Pemikiran Teologi Islam Modern.
Studi Agama Agama
Prodi yang dikepalai oleh Ulin Ni'am Masruri, MA. adalah sebuah terobosan di Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo yang kerap dipandang sebelah mata karena dianggap menimbulkan permasalahan-permasalahan baru, seperti mengapa harus bersusah payah mempelajari agama lain padahal sudah ada agama islam.
Mokhammad Umarul Qohar, salah satu alumni prodi ini mengaku, jurusan ini bukan untuk membandingkan, mencari kelemahan agama ataupun menciptakan konflik. Namun, sebaliknya, yaitu sebagai agen perdamaian.