Psikolinguistik bertujuan untuk menguraikan proses-proses psikologis pada kondisi di mana seseorang menghasilkan atau menyimak kalimat dan memahami bagaimana proses pembentukan kemampuan berbahasanya (Suhartono & Sodiq, 2016: 1.4-1.8)
Teori Psikolinguistik
Studi psikolinguistik diperkirakan muncul pada tahun 1952, yaitu pada konferensi interdisipliner para linguis dan psikolog di Amerika Serikat, yaitu Social Science Research Council. Sementara, istilah psikolinguistik sendiri diperkenalkan secara resmi oleh Charles E. Osgood dan Thomas A. Sebeok melalui karyanya yang berjudul Psycholinguistics, A Survey of Theory and Research Problems pada tahun 1954. Sejak buku tersebut terbit, psikolinguistik pun telah disepakati sebagai kajian ilmu interdisipliner antara psikologi dan linguistik (Natsir dalam Suharti, 2021:1).
Secara etimologis, psikologi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu psychology. Menurut histori, psychology sendiri berasal dari Bahasa Yunanti, yaitu psycho yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu. Berdasarkan hal tersebut Moris dan Maisto (dalam Martini, 2012: 1.4) menyatakan:
Psychology is the scientific study of behaviour and mental process
Artinya, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Sarwono (1976) juga mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungan. Sementara itu, Morgan dkk (1979) menyimpulkan psikologi sebagai studi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan hewan, termasuk juga penerapan ilmu tersebut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi manusia.
Studi interdisipliner selanjutnya yakni linguistik. Istilah linguistik merupakan kata serapan dari Bahasa Latin, yaitu lingua yang berarti bahasa. Langacker (1973) berpendapat bahwa linguistik merupakan ilmu yang mengkaji sistem kebahasaan manusia. Selanjutnya, Harimurti (1993) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa yang juga menyelidiki bahasa secara ilmiah. Martinet (1987) juga berpendapat bahwa linguistik adalah ilmu yang menelaah bahasa manusia secara ilmiah.
Melalui penelusuran definisi ilmu interdisipliner psikologi dan linguistik sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa:
Psikolinguistik merupakan disiplin ilmu yang merupakan kombinasi keduanya yang berorientasi untuk mengkaji unsur psikologis pada orang yang berbahasa.
Untuk lebih jelasnya, Simanjuntak (1987) menyatakan bahwa psikolinguistik bertujuan untuk menguraikan proses-proses psikologis pada kondisi di mana seseorang menghasilkan atau menyimak kalimat dan memahami bagaimana proses pembentukan kemampuan berbahasanya (Suhartono & Sodiq, 2016: 1.4-1.8).
Selain itu, Chaer (2003: 15) dalam bukunya yang berjudul Psikologis: Kajian Teoretik juga memiliki pendapat yang tak jauh berbeda dengan menerangkan bahwa psikolinguistik menjadi sebuah disiplin ilmu yang menerangkan perihal hakikat, pemerolehan, dan pengunaan struktur kebahasaan melalui penerapan pengetahuan linguistik, psikologi, dan aspek sosial yang berkenaan dengan bahasa.
Dalam proses pengkajian aspek psikologis pada fenomena kebahasaan, psikologis memiliki beberapa acuan dalam mengamati objek kajian, antara lain (1) pemerolehan bahasa, (2) hubungan pengetahuan dan penggunaan bahasa, (3) produksi dan resepsi bahasa (Aichitson, 1984).
Selanjutnya, Dardjowidjojo (2005) menyatakan bahwa objek kajian psikolinguistik dapat dilihat dari: (1) produksi, yaitu proses mental pada orang yang melakukan kegiatan berbahasa, (2) komperehensif, yaitu proses mental saat seseorang memahami maksud orang lain, (3) landasan neurologis dan biologis yang mempengaruhi kemampuan berbahasa pada manusia, dan (4) pemerolehan bahasa (Suhartono & Sodiq, 2016: 1.9).
Selain sebagai ilmu interdisipliner, psikolinguistik juga merupakan ilmu otonom atau mandiri. Suharti et al., (2021: 10-11) memaparkan bahwa terdapat tujuh aspek yang terkandung dalam ruang lingkup kajian psikolinguistik. (1) Kompetensi, yaitu proses bahasa dalam komunikasi dan proses mental pada manusia. Dalam hal ini, psikolinguistik bertujuan untuk mendalami kemampuan dasar individu dalam memperoleh pengetahuan berbahasa.