Lihat ke Halaman Asli

Mengungkap Fenomena Burnout di Kalangan Generasi Z: Mengapa Kita Mudah Lelah di Era Digital?

Diperbarui: 3 Oktober 2024   19:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam era digital yang kita jalani sekarang ini, kehidupan telah banyak mengalami perubahan secara signifikan. Teknologi telah menjadi bagian pada hampir setiap aspek kehidupan kita. Perubahan ini juga membawa konsekuensi seperti maraknya fenomena mengkhawatirkan yaitu burnout di kalangan generasi Z. Generasi yang lahir antara pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2010-an dan dikenal sebagai "digital natives," dimana generasi ini tumbuh dalam lingkungan yang dipenuhi oleh teknologi dan konektivitas tanpa henti. Burnout adalah kondisi kelelahan fisik, mental, dan emosional yang disebabkan oleh stres berlebihan, dan fenomena ini semakin umum terjadi di era digital saat ini. Namun, mengapa kita begitu mudah mengalami burnout di tengah kemudahan dan kenyamanan teknologi?

Faktor Penyebab Burnout di Era Digital

1. Keterhubungan Tanpa Henti

Salah satu penyebab utama burnout di era digital adalah keterhubungan yang tidak ada habisnya. Dengan adanya gadget dan akses internet yang cepat, banyak orang merasa bahwa mereka harus selalu siap menjawab email atau pesan, bahkan di luar jam kerja. Keterhubungan ini menciptakan tekanan dan stres karena kurangnya waktu untuk bersantai dan beristirahat. Tanpa jeda yang cukup berakibat pada kelelahan mental yang semakin meningkat dan memicu burnout.

2. Tekanan untuk Selalu Produktif

Di era digital yang sangat kompetitif, ada harapan yang tinggi untuk selalu produktif. Banyak orang merasa bahwa mereka harus selalu berada dalam performa terbaik, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan sehari-hari. Tekanan ini sering kali berujung pada perilaku kerja yang berlebihan, di mana individu mengorbankan waktu pribadi dan kesehatan mental demi memenuhi ekspektasi. Ketika tuntutan ini terus berlanjut tanpa keseimbangan, burnout menjadi hampir tak terhindarkan.

3. Perbandingan Sosial di Media Sosial

Media sosial telah menjadi bagian penting dari kehidupan sehari-hari. Meskipun platform ini memungkinkan kita terhubung dengan orang lain, mereka juga menciptakan standar yang tidak realistis. Ketika kita melihat kehidupan orang lain yang tampaknya sempurna di media sosial, kita cenderung membandingkan diri kita dengan mereka. Perasaan tidak puas dan tekanan untuk selalu tampil baik dapat menambah kecemasan dan pada akhirnya, menyebabkan burnout.

4. FOMO (Fear of Missing Out)

FOMO atau ketakutan kehilangan momen adalah fenomena yang sangat umum terjadi di kalangan Gen Z. Keterhubungan yang terus-menerus membuat mereka merasa bahwa mereka harus selalu mengetahui dan terlibat dalam setiap acara atau aktivitas yang sedang populer. Ketika tidak dapat ikut serta, perasaan cemas dan gelisah sering muncul. FOMO ini mendorong perilaku yang tidak sehat, seperti terus-menerus memeriksa notifikasi, yang akhirnya mengarah pada kelelahan mental.

5. Overload Informasi

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline