Lihat ke Halaman Asli

saskiaaroja

Mahasiswa UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta

Mengapa Saya Memilih Program Studi Pendidikan Agama Islam?

Diperbarui: 28 Oktober 2024   09:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Jawaban singkat untuk pertanyaan mengapa saya memilih Pendidikan Agama Islam sebagai bidang studi di perkuliahan, saya akan menjawab dengan tegas bahwa salah satu keinginan orang tua saya adalah menjadi guru agama. Namun, terlalu singkat dan tidak berkesan jika saya hanya menjawab satu kalimat. Ada beberapa faktor pendorong yang membuat saya memilih program studi Pendidikan agama islam, yaitu:

1.Meyakini Allah Ketetapan Allah Yang Terbaik 

Saya pribadi sama sekali tidak terpikirkan akan cita cita menjadi guru. Saya tipe yang susah dalam memutuskan permasalahan termasuk dalam memilih jurusan kuliah. Saya juga terbiasa meminta pendapat maupun nasihat kepada orang tua kepada keluarga. Walaupun sedikitnya minat saya menjadi guru tidak membuat saya menolak rezeki dan takdir-Nya. Beberapa hari setelah hasil pengumuman ujian mandiri, saya memantapkan hati saya bahwa Allah adalah sebaik baiknya rencana. Kondisi ini mengingatkan akan firman-Nya:

"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 216).

Ada rahasia Allah mengapa saya gagal di jurusan lain dan mengapa Allah tempatkan saya di jurusan Pendidikan Agama Islam? Sekarang tugas saya adalah bersyukur dan berikhtiar menyambut kebaikan dari sebaik baik takdir-Nya.

2. Ridho Orangtua

Bagaimana kilas baliknya? Saya mulia Ketika saya masih berada di pesantren kelas akhir. Masa- masa saat itu membuat saya berada di posisi kebingungan bahkan sampai sakit hanya untuk menentukan berkuliah. Sampai akhirnya saya menelepon kedua orang tua saya, ingin meminta pendapat. Kedua orang tua saya tidak berkomentar akan jurusan saya, awalnya. Mereka hanya berpesan untuk mencari universitas di Jakarta saja, supaya dekat dan tidak perlu merantau lagi. Kemudian saya memiliki dua pilihan yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi pilihan kedua saya setelah Universitas Negeri Jakarta. Singkat cerita saya gagal dalam UM-PTKIN. Kecewa dan rasa kurang percaya diri menyeruak dalam hati saya. Namun lagi lagi peran kedua orangtua saya dengan memberi nasihat dan saat itulah mama saya mengatakan bahwa ia menginginkan saya menjadi seorang guru agama dan dan beliau juga sangat yakin bahwa saya akan lulus karena s linear dengan pendidikan saya sebelumnya. Saya yang memang sejak remaja sudah bergantung akan orang tua saya pun mengikutinya tanpa protes. Karena saya yakin hidup akan lebih mudah jika setiap langkah kita ada ridhonya orang tua seperti kutipan dalam hadits:

,

"Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua dan kemurkaan Allah ada pada kemurkaan kedua orang tua" (HR. Tirmidzi, Ibnu Hibban, Hakim)

 3.Mempelajari Ilmu Agama

Pengetahuan bahwa sesuatu memiliki banyak keutamaan merupakan salah satu faktor yang mendorong saya untuk bersemangat untuk mempelajarinya. Semakin banyak keutamaan yang akan dapatkan, semakin semangatnya untuk mempelajarinya. Surga adalah pahala besar yang diberikan Allah Ta'ala kepada mereka yang belajar ilmu syar'i. Dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline