Lebih dari 15 tahun tinggal di Yogyakarta membuat saya begitu familiar dengan kawasan Rejowinangun. Apalagi dulu saya pernah berkantor di Kotagede, tiap berangkat dan pulang saya selalu lewat daerah tersebut.
Namun, meski sering melintas di Rejowinangun, hal identik yang saya ingat dari kawasan tersebut hanyalah Kebun Binatang Gembira Loka atau yang sekarang lebih dikenal dengan nama GL Zoo.
Oleh karena itu saya agak bertanya-tanya saat diajak kawan-kawan Adira Finance untuk mengunjungi Rejowinangun guna menyaksikan proses peresmiannya sebagai Desa Wisata Ramah Berkendara. Ada dua pertanyaan besar yang melintas di kepala. Sejak kapan Rejowinangun menjadi desa wisata dan apa maksud dari desa wisata ramah berkendara?
Ternyata memang saya yang tidak update. Berdasarkan berita yang saya baca, rupanya pada tahun 2021, Kampung Rejowinangun termasuk dalam daftar 50 desa wisata terbaik versi Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) yang digagas oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Bahkan, desa ini termasuk yang dikunjungi oleh Sandiaga Uno selaku Menteri Parekraf dalam penilaian lapangan ADWI. Wow, jika sudah masuk dalam daftar desa wisata terbaik, tentunya pesona kawasan ini tidak main-main.
Pada sabtu sore yang mendung, saya dan rombongan Adira Finance pun tiba di Rejowinangun. Berhubung terletak di tengah kota, Anda jangan membayangkan mendapatkan view lanskap pedesaan seperti sawah menghijau luas atau sungai mengalir indah.
Desa tersebut memang tidak memiliki pemandangan moi indie khas pedesaan yang bisa dijual ke wisatawan, tetapi ada hal lain yang jauh lebih menarik daripada itu.
Begitu tiba di Rejowinangun, rombongan kami disambut dengan pertunjukan Gejog Lesung oleh kelompok Jiwo Mudo Wiromo. Sekitar 8 orang pria dan wanita paruh baya terlihat terampil memainkan lesung sembari menyanyikan tembang Jawa. Bagi Anda yang belum tahu, Gejog Lesung adalah seni memukul lesung atau kayu besar berongga yang digunakan sebagai tempat menumbuk padi menggunakan alu (alat penumbuk).
Seni ini merupakan bentuk ucapan syukur pada Dewi Sri atau Dewi Padi atas panen yang melimpah. Sembari menumbuk padi selesai panen, masyarakat pun akan bernyanyi dan menari. Saat ini, seni Gejog Lesung memang sudah jarang dijumpai. Namun, di Rejowinangun, masih ada kelompok seni yang memainkan pertunjukan ini.