Lihat ke Halaman Asli

Elisabeth Murni

TERVERIFIKASI

dream - journey - discover

Festival Gamelan Hingga Festival Memedi Sawah, Semua Ada di Jogja

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13567642401140143576

Bunyi gamelan mengalun pelan, nadanya membuai jiwa-jiwa yang berkumpul di Gedung Purna Budaya, Universitas Gajah Mada. Para niyaga dan sinden yang sebagian besar berusia muda nampak meresapi tiap alunan merdu yang tercipta. Ratusan anak muda yang duduk lesehan di atas tikar pun terlihat begitu menikmati pertunjukan. Tak berapa lama, panggung pun berganti suasana. Irama gamelan yang tadinya pelan kini berganti menjadi rancak berpadu dengan suara alat musik lain. Seorang penyanyi tampil atraktif memukau para penonton. Gamelan dan band berpadu dalam harmoni, meninggalkan unsur kekunoan berganti dengan kekinian.

Jika dewasa ini gamelan kerap diidentikkan dengan musik yang monoton dan membosankan, sehingga jarang anak muda mau mendengarkan atau memainkannya, maka hal tersebut tidak berlaku di Yogyakarta. Di kota istimewa ini Festival Gamelan yang diadakan setahun sekali justru menjadi momen yang sangat dinantikan oleh anak-anak muda. Gamelan tidak lagi hadir dalam bentuknya yang klasik namun telah bertransformasi menjadi musik yang digemari oleh anak muda dan menjadi salah satu budaya populer.

[caption id="attachment_232073" align="aligncenter" width="540" caption="Gamelan dan Band Berpadu Dalam Harmoni (foto: http://satulingkar.com)"][/caption]

Banyak kelompok musik yang memasukkan gamelan sebagai musik utama, sebut saja Kua Etnika, Plentong Konslet, dan Stupa Etnic. Bahkan dalam gelaran NgayogJazz yang diselenggarakan tiap tahun, gamelan digunakan untuk mengiringi musik jazz dan hasilnya sangat ciamik. Di tengah derasnya budaya K-Pop yang merasuki generasi muda, di Yogyakarta gamelan tetap memiliki peran penting. Gamelan mampu beradaptasi dan mengikuti perubahan jaman sehingga masih tetap diminati oleh anak muda.

Gamelan pun dikemas menjadi paket wisata menarik. Banyak tour operator yang memasukkan belajar gamelan ke dalam paket wisatanya.  Namun jika Anda hanya ingin menyaksikan pertunjukan gamelan Anda bisa datang ke Keraton Yogyakarta, karena pada hari-hari tertentu di Bangsal Manganti ada pertunjukan gamelan. Anda pun bisa datang ke Rumah Budaya Tembi untuk belajar memainkan gamelan atau ke basecamp Komunitas Gayam 16 untuk bertanya banyak hal tentang gamelan gaul.

[caption id="attachment_232074" align="aligncenter" width="563" caption="Wisatawan Asing Belajar Gamelan di Tembi Rumah Budaya (foto: tembi.net)"]

13567642881780064773

[/caption]

Selain tetap mempertahankan budaya sendiri. Masyarakat Yogyakarta juga tidak menutup dengan datangnya budaya dari luar. Namun secara arif mereka mampu mengolahnya sehingga citarasa lokal tetap terjaga dan menjadi pertunjukkan yang menarik dan membuka mata dunia. Sebut saja kelompok pimpinan Kill the DJ yang dikenal dengan nama Jogja Hip Hop Fondation. Dengan mengusung musik hip hop yang bertempo cepat, kelompok ini  kerap membuat lirik dalam bahasa jawa dengan iringan musik tradisional yang menarik. Karena orisinalitas dan gebrakannya, Jogja Hip Hop Fondation baru saja diundang untuk melakukan tour keliling Amerika, tempat dimana musik hip hop itu berasal.

Sebagai kota yang menjadi barometer budaya, Yogyakarta memang layak diacungi jempol. Di kota ini budaya dan tradisi terus dihidupi oleh masyarakatnya. Berbagai festival digelar sebagai langkah promosi sekaligus mengenalkan kembali budaya-budaya yang mulai tergilas waktu kepada masyarakat. Sebut saja Festival Dolanan Bocah, Festival Upacara Adat, hingga Festival Memedi Sawah.

Festival Dolanan Bocah tujuan utamanya adalah untuk mengenalkan kembali dolanan atau permainan anak-anak yang mulai hilang. Dalam festival ini akan ada beragam permainan seperti dakon, engklek, gobak sodor, dan lain-lain. Sedangkan Festival Upacara Adat adalah untuk menampilkan kembali upacara-upacara adat yang kerap di gelar di tiap kabupaten yang ada di DIY, namun dalam format yang lebih sederhana. Jika biasanya Anda harus datang ke Ambarketawang untuk melihat Saparan Bekakak, atau datang ke Makam Raja-Raja Imogiri untuk melihat upacara Ngurah Enceh, maka dalam Festival Upacara Adat ini Anda cukup datang ke Malioboro dan Alun-alun Utara tempat dilangsungkannya festival.

Sedangkan yang baru saja dilangsungkan adalah Festival Memedi Sawah. Dalam festival ini puluhan orang-orangan sawah yang berfungsi untuk mengusir burung pun dipasang di areal persawahan di Kebon Agung, Bantul.  Musikalisasi dengan atribut memedi sawah pun turut meramaikan acara. Tak hanya petani yang ambil bagian dalam kegiatan ini, tapi seniman, pelajar, dan mahasiswa pun turut berperan serta.

[caption id="attachment_232075" align="aligncenter" width="540" caption="Festival Memedi Sawah di Desa Wisata Kebon Agung (foto: tribunnews.com)"]

13567643271696903650

[/caption]

Berbincang tentang Yogyakarta memang tak kan pernah ada habisnya. Selalu ada hal baru yang bisa digali di tempat ini. Tradisi dan masa kini berjalan berdampingan, bahkan terkadang berkelindan dengan mesra. Yogyakarta, dengan caranya sendiri selalu mampu mengikat hati seseorang untuk selalu pulang atau datang mengunjunginya. Mari jelajahi pesona Yogyakarta dan ciptakan cerita yang penuh makna!

[caption id="attachment_232072" align="aligncenter" width="540" caption=" Jogja selalu berhasil memikat siapa saja (Foto: @blogbrain)"]

1356764177703433787

[/caption]



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline