Lihat ke Halaman Asli

Elisabeth Murni

TERVERIFIKASI

dream - journey - discover

Sermo, Kesunyian yang Dalam

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dengan alasan ingin beristirahat sejenak dari rutinitas, sahabat saya menawarkan diri untuk mengantarkan jalan-jalan. Saya yang memang sedang mencari kawan untuk pergi ke Arboretum Bambu pun akhirnya menerima ajakan tersebut. Melalui pesan pendek kami memutuskan bahwa kamis pagi menjadi waktu yang ditetapkan untuk mengunjungi tempat yang terletak di daerah perbukitan Kulon Progo yang berbatasan dengan pegunungan Menoreh.

Pagi-pagi benar kami berkendara menyusuri jalan Jogja-Wates. Jalanan mulai padat dipenuhi kendaraan berplat nomor luar kota, maklum masih suasana arus balik. Kami berkendara santai sambil bercakap ini itu, berbagi kisah yang belum sempat diceritakan. Suhu kali ini cukup dingin, kabut masih terlihat, mendung masih menghalangi cahaya matahari. Nyaman buat perjalanan, namun tidak asyik untuk mengambil gambar. Itulah kesimpulan yang muncul dari kami berdua.

[caption id="attachment_264489" align="alignleft" width="270" caption="Sash' pic"][/caption] [caption id="attachment_264490" align="alignright" width="270" caption="Sash' pic"][/caption]

Kebiasaan saya adalah mengunjungi suatu tempat hanya bermodal secuil informasi. Kali ini pun yang terjadi begitu. Saya hanya mengandalkan booklet yang saya dapatkan dari Dinas Pariwisata Kulon Progo. Di booklet tersebut dicantumkan Arboretum Bambu sebagai salah satu alternatif wisata pendidikan. “Terletak di belakang Wisma Sermo Asri Kawasan Obyek Wisata Waduk Sermo. Arboretum Bambu memiliki ratusan jenis bambu yang merupakan wisata pendidikan dan telah banyak dikunjungi baik pelajar, mahasiswa, maupun peneliti”. Begitulah bunyi paragraf yang tertera di booklet tersebut.

Sejak berangkat dari Jogja saya yakin akan menemukan hutan bambu yang lebat dan dapat memperoleh informasi tentang kawasan tersebut. Keyakinan saya ini berdasarkan acuan yang saya gunakan, terbitan dinas pariwisata, tidak mungkin menyesatkan. Namun, nampaknya ekspektasi saya terlalu berlebihan. Setelah mengitari kompleks Wisma Sermo Asri hingga berputar-putar di kawasan Suaka Margasatwa Sermo, saya tidak berhasil menemukan Arboretum Bambu tersebut. Bahkan saya sudah bertanya lebih dari 3 kali kepada orang yang berbeda, dan yang kali terakhirnya saya bertanya kepada penjaga pos retribusi Waduk Sermo. Semuanya mengatakan hal yang sama, tidak tahu menahu tentang arboretum bambu atau hutan bambu yang saya maksud. Mereka malah menunjukkan rumah pembuat Gamelan Bambu atau Krumpyung yang karyanya sudah terkenal hingga mancanegara. Wealah bagaimana ini Dinas Pariwisata?

[caption id="attachment_264494" align="alignleft" width="270" caption="Sash' pic"][/caption] [caption id="attachment_264496" align="alignright" width="270" caption="Sash' pic"][/caption]

Daripada kembali ke Jogja dengan tangan hampa saya pun memutuskan untuk masuk ke kawasan Waduk Sermo, lagipula saya belum pernah ke tempat ini sebelumnya, jadi tak ada ruginya. Waduk Sermo merupakan bendungan yang menghubungkan dua bukit yang dibangun dengan biaya Rp 22 milyar dan digarap dalam waktu dua tahun delapan bulan (Maret 1994 hingga Oktober 1996). Waduk yang dibangun dengan membendung Sungai Ngrancah ini mampu menampung air 35 juta meter kubik dengan genangan seluas 157 hektar. Sebelum dibangun menjadi waduk, daerah yang terletak sekitar 36 kilometer dari Yogyakarta ini merupakan perkampungan. Guna mensukseskan proyek pembangunan tersebut, Pemkab Kulon Progo memindahkan ratusan KK ke daerah-daerah lain di luar Pulau Jawa, atau dikenal dengan istilah bedhol desa.

Saat pertama kali berdiri di tepian waduk saya merasakan kesunyian yang amat dalam. Seluas mata memandang yang terlihat hanyalah hamparan air berwarna hijau tenang berlatar perbukitan menorah dengan kabut tebal yang masih enggan beranjak dari puncaknya. Dari kejauhan terlihat perahu kecil mendekat, membelah ketenangan air waduk. Saya tertegun. Ini rasanya seperti berada di dunia dongeng. Ada nenek sihir jahat di puncak bukit berkabut, ada monster yang tertidur lelap di dasar waduk, dan ada pahlawan-berkuda-putih-yang-kali-ini-berganti-menjadi-pahlawan-berkapal-biru yang hendak menyelamatkan putri raja yang diculik nenek sihir.

[caption id="attachment_264501" align="alignleft" width="270" caption="Sash' pic"][/caption]

[caption id="attachment_264505" align="alignright" width="270" caption="Sash' pic"][/caption]

Suasana di sini benar-benar tenang dan damai, semua berjalan beriringan dan santai. Tak perlu tergesa, karena semua berjalan dan terjadi pada waktunya. Tak ada keinginan untuk melipat ruang dan waktu melalui serat-serat magnetik. Matikan handphonemu, singkirkan bebanmu dan mari kita bercinta dengan jagad raya. Mendengarkan indahnya kidung alam semesta, menikmati dan mensyukuri hidup yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Saya bersyukur, meski awalnya sempat kecewa karena tidak menemukan apa yang saya cari tapi saya malah menemukan tempat lain yang lebih indah. Ah, tiba-tiba impian masa kecil muncul lagi, saya ingin punya rumah di kaki bukit dengan danau menghampar luas di depannya. Saat pagi melihat matahari terbit dari balik bukit, dan tiap sore menyaksikan matahari tenggelam di dasar danau. Sepertinya hidup terlihat sangat sempurna. Aih..

[caption id="attachment_264499" align="alignleft" width="270" caption="Sash' pic"][/caption] [caption id="attachment_264500" align="alignright" width="270" caption="Sash' pic"][/caption]

Jika tidak ingat masih banyak hal yang harus saya kejakan dan masih ada tempat-tempat lain yang harus dituju saya memilih untuk berlama-lama di waduk ini. Namun sayangnya waktu terus memburu. Dengan enggan saya pun beranjak pergi. Tapi saya janji lain kali pasti ke tempat ini lagi. Soalnya belum sempat mancing dan naik perahu muter-muter waduk hehe.

-----------------------------------

Note: Waduk Sermo terletak di Desa Hargowilis Kecamatan Kokap Kabupaten Kulonprogo. Obyek wisata ini dapat dicapai menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Jika Anda datang dari Jogja, Anda dapat naik bus Jogja-Wates, dari wates Anda naik Angkot menuju Waduk. Tiket masuk perorang Rp 3.000,00, motor Rp 2.000,00, mobil Rp 3.000,00, dan bus Rp 5.000,00. Jika Anda ingin naik kapal, Anda harus membayar sebesar Rp 5.00,00 untuk dewasa, dan Rp 3.000,00 untuk anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline