Lihat ke Halaman Asli

Sofian Munawar

PENDIRI Ruang Baca Komunitas

Orang Mamasa Dilarang Sakit

Diperbarui: 5 Agustus 2015   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 [caption caption="Kondisi jalan poros Mamasa-Mamuju via Mambi/Dokumen Interseksi"][/caption]

Elizabeth terus memegang kuat-kuat adiknya, Rintan yang merintih dan menggigil. Sambil terus berupaya menenangkan, Elizabeth mengelus-elus kepala, leher, dan punggung Rintan yang meregang kesakitan. Akhirnya muntah Rintan pun tak tertahankan, membuncah mengotori bagian depan mobil Isuzu Panther yang membawanya dari Mamasa menuju Polewali, dua kabupaten yang berbatasan di belahan barat Sulawesi. Elizabeth dan Rintan, dua perempuan kakak-beradik ini berasal dari Nosu, salah satu kecamatan yang berada di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat. Elizabeth menuturkan, adiknya sudah tiga hari didera demam tinggi tapi tidak bisa ditangani di Puskesmas Nosu karena tidak ada dokter yang berjaga di Puskesamas itu. Rintan kemudian dirujuk untuk berobat ke rumah sakit Mamasa yang berada di pusat kota. Padahal, jarak antara Kecamatan Nosu ke pusat kota Mamasa sekitar 67 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 5-6 jam.

Namun ternyata mereka harus menelan rasa kecewa ketika sampai di Mamasa mendapatkan kenyataan serupa, tidak ada dokter yang bisa menangani selain terbatasnya perlengkapan medis yang tersedia. Elisabeth akhirnya memutuskan untuk membawa Rintan ke Rumah Sakit di Polewali Mandar, kabupaten terdekat yang berjarak sekitar 80-an kilometer dari Kabupaten Mamasa. Buruknya kondisi jalan dan masih sangat terbatasnya infrastruktur transportasi publik menjadi penghambat utama aktivitas warga Mamasa, termasuk juga dalam mengakses fasilitas kesehatan yang sangat minim. Bupati Mamasa, H. Ramlan Badawi mengakui bahwa selain tenaga medis yang masih jauh dari memadai, buruknya sarana dan prasarana transportasi turut menyumbang peliknya dan masih sulitnya akses kesehatan di Kabupaten Mamasa. Tidak heran jika kemudian muncul semacam ungkapan sinis yang mengemuka diantara warga Mamasa: “Torang Mamasa Tae Mala Masaki“ atau “Orang Mamasa dilarang sakit!”

Minimnya Sarana medis

Bupati Mamasa, Ramlan Badawi meyakini bahwa kesehatan sangat penting peranannya dalam upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Indikator untuk melihat majunya tingkat kesehatan menurut Ramlan diantaranya dapat diukur dari kelengkapan fasilitas kesehatan dan tercukupinya tenaga medis yang berkualitas. Namun justru dalam dua hal dasar ini Kabupaten Mamasa masih jauh tertinggal. “Di Kabupaten Mamasa yang memiliki 17 kecamatan ini hanya ada 7 orang dokter. Hanya ada 1 Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dan ini pun belum sepenuhnya beroperasi karena beberapa kendala,” ujar Ramlan Badawi.

Setiap kecamatan di Kabupaten Mamasa memang sudah memiliki Puskesmas dengan sejumlah tenaga medis yang ada seperti perawat, bidan dan dokter. Namun tidak di semua Puskesmas tersedia dokter. Dari 17 kecamatan di Mamasa hanya di 6 Puskesmas saja yang tersedia dokter, yaitu di Puskesmas Kecamatan Sumarorong, Messawa, Mamasa, Tanduk Kalua, Sesenapadang dan Tawalian. Sementara di kecamatan lainnya, pasien harus dirujuk ke kecamatan terdekat jika memerlukan pertolongan dokter. “Sering ada kasus orang sakit atau orang mau melahirkan tersiksa di perjalanan karena harus menempuh jarak yang cukup jauh ke rumah sakit, bahkan pernah ada orang yang melahirkan di mobil ini dalam perjalanan menuju rumah sakit ke Poliwali,” ujar Hermanus, sopir Isuzu Panther trayek Mamasa-Polewali.    

Kendala infrastruktur

Selain sarana kesehatan yang kurang memadai, kondisi infrastruktur terutama jalan di Kabupaten Mamasa masih sangat buruk. Ini tentu menjadi kendala tersendiri ketika pasien membutuhkan rujukan untuk melakukan pengobatan. Persoalan utamanya, sebenarnya lebih pada belum tersedianya infrastruktur jalan yang baik dan belum tersedianya sarana transportasi publik yang memadai, sehingga butuh waktu tempuh yang lama untuk melakukan perjalanan dari satu tempat ke tempat lain di wilayah Kabupaten Mamasa maupun menuju luar kota.

Data Dinas PU Kabupaten Mamasa (2013) menunjukkan bahwa lebih dari enam puluh persen kondisi permukaan jalan di Kabupaten Mamasa masih merupakan tanah yang belum diaspal maupun dicor atau dibeton. Kondisi ini bahkan nyaris tidak berubah dari lima tahun sebelumnya. Kalau pun ada perubahan, misalnya antara tahun 2007 dan 2011 adalah penambahan sedikit ruas jalan provinsi dan jalan negara. Sementara untuk jalan kabupaten sendiri perubahannya sangat minim. Demikian pula pada tahun-tahun berikutnya, misalnya pada sekitar April dan Juni 2014 ketika saya melakukan perjalanan ke sejumlah wilayah di Kabupaten Mamasa, kondisi jalan yang amat buruk masih menjadi pemandangan utama yang mudah disaksikan dimana-mana. Mungkin hanya di wilayah Kecamatan Mamasa, Mambi dan Sumarorong saja kita dapat menyaksikan kondisi jalan yang relatif bagus, itu pun hanya di beberapa ruas yang masih terbatas.

[caption caption="Salah satu sudut jalan poros Mamasa-Toraja / Dokumen Interseksi"]

[/caption]

[caption caption="Kondisi jalan poros Mamasa-Mamuju via Mambi/Dokumen Interseksi"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline