Lihat ke Halaman Asli

Murtado Macan Kemayoran

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Murtado adalah pemuda yang tinggal di daerah Kemayoran pada zaman penjajahan Belanda Ia merupakan putera dia mantan lurah di sana. Ia adalah anak yang baik dan suka menolong siapa saja yang membutuhkan. Sehingga ia disukai oleh penduduk di kampungnya. Ia juga tekun belajar termasuk ilmu agama dan ilmu lainnya termasuk beladiri. Ia pun tumbuh menjadi jagoan yang rendah hati. Cerita rakyat Jakarta ini adalah salah satu cerita paling dikenal.

Pada waktu itu dari cerita rakyat Jakarta ini, keadaan Kemayoran tidak aman karena adanya gangguan dari jagoan-jagoan Kemayoran yang jahat. Membuat masyarakatnya selalu takut. Apalagi pajak yang diminta oleh Cina dan BelAnda kala itu sangat berat bagi mereka yang mayoritasnya petani dan pedagang miskin. Pemimpin daerah itu sendiri merupakan kaki tangan BelAnda bernama Bek Lihun dan Mandor Bacan.

Suatu hari di Kemayoran akan diadakan derapan padi. Derapan padi itu boleh dilaksanakan asalkan syarat yang diminta dipenuhi, yaitu dari setiap lima ikat padi yang dipotong, satu ikat untuk yang memotong dan empat ikat untuk kompeni. Mandor Bacan merupakan pengawas untuk acara ini.

Dalam acara tersebut, yang memotong padi merupakan seorang gadis yang tidak lain adalah kekasih Murtado. Mandor Bacan pun berniat kurang ajar pada kekasihnya sehingga Mustado tidak tinggal diam hingga akhirnya mereka berkelahi, Mandor Bacan pun kalah. Ia lalu melaporkan kekalahannya kepada Bek Lihun. Bek Lihun mendengarnya marah dan melakukan cara agar Murtado bisa dibunuh termasuk dengan mencelakai kekasihnya. Murtado pun marah hingga ia menendang dan menghajar Bek Lihun. Sampai-sampai bek Lihun insyaf.

Suati ketika, gerombolan perampok di bawah pimpinan Warsa mulai menggangu di Kemayoran untuk mereka merampas harta benda penduduk setiap malamnya termasuk melakukan pembunuhan. Bek Lihun pun dibuat kewalahan. Ia juga ditegur kompeni karena pajak yang tidak lancar.

Maka Bek Lihun pun meminta bantuan Murtado. Dan Murtado bersama Saomin dan Saprin rekannya membantu menjaga keamanan kampung. Murtado memulainya dengan mencari markas perampok pengganggu tersebut di daerah Tambun dan Bekasi, namun ditemukan. Lalu mereka pergi ke daerah Kerawang dan di sana gerombolan Warsa dapat dikalahkan hingga kalah dan mati.

Harta rampokan akhirnya dibawa oleh Murtado dan dia dikembalikan lagi kepada pemiliknya masing-masing. Hingga membuat semua rakyat di daerah Kemayoran berterima kasih dan merasa berhutang budi kepada Murtado. Kemenangannya ini bahkan dihargai oleh penguasa Belanda dan mengangkat dirinya menjadi bek di daerah Kemayoran menggantikan Bek Lihun.

Namun ia menolak dengan berkata “Lebih baik hidup sebagai rakyat biasa tetapi ikut menjaga keamanan rakyat”. Ia pun berjuang untuk membebaskan rakyat dari penjajahan, penindasan, dan pemerasan. Demikianlah cerita rakyat Jakarta ini menjadi pelajaran untuk kita.

Nilai Budi Pekerti:

Individu: Murtado adalah anak yang baik hati, rajin menuntut ilmu, mempunyai kemampuan bela diri yang baik sehingga rela menolong demi keamanan masyarakat setempat dan dia adalah seorang pemberani

Sosial: Murtado memiliki sifat yang baik sehingga ia di senangi masyarakat setempat

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline