Akhir tahun 2018 lalu pemerintah Republik Indonesia meresmikan tol trans Jawa yang menghubungkan Jakarta dan Surabaya sepanjang 1000 km. Pembangunan jalan tersebut memudahkan banyak orang termasuk saya saat mudik ke Semarang menjadi lebih cepat sampai sekitar 5 atau 6 jam.
Jalan antar kota bahkan provinsi menjadi infrastruktur penting bahkan kini gencar dilakukan agar pembangunan bisa merata dan membantu masyarakat bepergian ke tempat yang berbeda. Selain memfokuskan pada pembangunan tol trans Jawa di jalur utara kini jalur selatan sudah mulai dikembangkan yang akan menjadi jalur penting di Pulau Jawa
Jauh sebelum pembangunan infrastruktur saat ini, para tokoh sudah mengetahui pentingnya jalur selatan dan menggunakannya sebagai daerah pertahanan serta jalur upeti kerajaan besar di Nusantara. Salah satunya ialah Pangeran Diponegoro yang mengadakan perlawanan selama lima tahun terhadap Belanda.
Pangeran Diponegoro selain memiliki strategi yang cerdas dalam perang juga memiliki kelebihan lain yang patut kita apresiasi antara lain :
1. penunggang kuda yang hebat memiliki istal besar, suka berkebun menanam sayur, buah, pepohonan dan aktif merencanakan serta mengembangkan tanah di Tegalrejo.
2. bertubuh kecil namun mampu mengecoh 500 pasukan Belanda saat perang Dipenogoro dalam waktu tiga bulan.
3. menolak menjadi pewaris tahta walaupun anak dari Sultan Hamengkubuwono V pada zaman Inggris tahun 1811-1816 dan Pemerintah Belanda tahun 19 Agustus 1816.
4. berani melawan Belanda karena menindas rakyat kecil dengan pajak yang sangat merugikan yang mendapatkan dukungan bangsawan, rakyat dan ulama sehingga disegani oleh lawan.
5. menggunakan jalur selatan dari Bantul, Purworejo, Kebumen dan Cilacap sepanjang 130 km selama berperang yang dahulu merupakan jalur upeti dari kerajaan Kediri, Majapahit, Pajang, Mataram, Cirebon dan Demak.
Perang Diponegoro terjadi selama lima tahun membuat Belanda mengalami kerugian besar antara lain tewasnya 8000 tentara dan biaya 25 juta gulden. Perang ini pula membuat Belanda menganggap perang melawan orang Jawa padahal hanya sebagian kecil masyarakat yang menjadi pengikut.