Lihat ke Halaman Asli

Nur Annisa Hamid

blogger dan content creator

Review Film Heart Attack: Suka Duka Menjadi Freelancer

Diperbarui: 18 September 2015   11:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dunia Perfilman Indonesia sejak 2 atau 3 tahun terakhir, bagi saya ada peningkatan kualitas dan kuantitas yang membanggakan. Selain produksi film yang terus bertambah, ada beberapa film yang berhasil go internasional diputar di berbagai negara bahkan meraih penghargaan secara internasional contohnya The Raid 1 dan The Raid 2. Tidak hanya sukses di pasar internasional, aktor yang berperan pun dipercaya membintangi film barat seperti Joe Taslim yang tampil di Film Fast Furious 6 dan Star Trek.

Selain bisa menonton film produksi Hollywood terbaru,kini beberapa bioskop juga menayangkan film dari negara Asia yang berkualitas misalnya Korea, Jepang dan Thailand. Dengan menonton film dari negara yang berbeda maka penonton bisa menambah referensi film dari budaya yang berbeda. Di Indonesia beberapa film Thailand cukup sukses dan ditonton banyak orang antara lain I Fine.. Thank You.. Love You.. , ATM dan beberapa film horror.

Beberapa film lalu ada film Thailand terbaru yang sedang tayang berjudul Heart Attack mengadakan meet and greet dan press screening bagi teman-teman media di Grand Indonesia. Ketika saya datang ke meet and greet tanggal 14 September 2015 di Coffe Bean Grand Indonesia, saya belum mengetahui cerita apa yang akan ditonton dalam Heart Attack. Setelah melihat dan mendengar penjelasan dari sutradara muda berbakat Nawapol Thamrongrattanarit barulah saya tahu bahwa film ini menceritakan tentang seorang desainer pekerja lepas atau freelance bernama Yoon yang bekerja tanpa kenal istirahat hingga jatuh sakit. Ketika sakit ini lah Yoon bertemu dengan dokter cantik yang bernama Imm yang diperankan Davika Hoorne berhasil mengubah prioritas hidupnya.

Bagi para pemainnya sendiri seperti Sunny Suwanmethanont yang memerankan karakter Yoon ini merupakan pengalaman yang baru karena proses syuting yang long take dan memerankan profesi freelance yang banyak digeluti di Thailand. Sedangkan bagi Violette Wautier yang memerankan karakter Jee yang biasa memberikan pekerjaan atau klien bagi Sunny juga memiliki pengalaman yang berkesan selama menjalani proses syuting karena syuting yang dilakukan non stop selama satu hari full. Ketika ditanya oleh salah satu media darimana ide cerita film ini berawal, sang sutradara pun menjawab bahwa ide ini berawal dari pengalaman pribadi ketika jatuh sakit karena sibuk bekerja dan bertemu dengan dokter yang usianya hampir sama.

Wah sebuah cerita yang menarik bagi saya, karena saya belum pernah menonton film yang mengangkat pekerjaan freelance di Indonesia. Seusai menghadiri meet and greet dan sesi jawab selama kurang lebih satu jam, saya pun bersiap untuk menonton di bioskop Blitz Megaplex pukul 18.30. Tepat jam 18.30 terlihat banyak orang yang sudah mengantri di depan pintu masuk bioskop baik dari media, pemenang kuis,penggemar film Thailand dan beberapa tamu dari kedutaan Thailand di Indonesia. Setelah menunggu para pemain menyapa penonton dan penggemarnya, sekitar pukul 19.30 film Heart Attack pun dimulai.

 Film dimulai ketika Sunny yang sedang dikejar deadline untuk mengedit foto, berhasil memecahkan rekor dengan tidak tidur selama lima hari dan berhasil memuaskan keinginan klien. Adegan selanjutnya juga menceritakan bagaimana kompetisi dunia freelance sangatlah ketat karena tuntutan klien yang tidak mengenal waktu dan menginginkan hasil yang sempurna dalam waktu singkat dan banyaknya orang yang juga menggeluti dunia freelance. Tampak pula adegan lucu khas Film Thailand yang menghibur ketika Sunny harus menyelesaikan deadline namun ingin datang ke pemakaman ayah temannya di kuil. Maka dengan repot ia membawa serta laptopnya dan menanyakan password wifi ke biksu kuil yang ada.

Dengan sibuk ia pun mengedit foto sambil mengecharge baterai laptop di pojok kuil, yang kemudian ditegur temannya karena sibuk bekerja di tengah upacara pemakaman. Karena sering tidak tidur ditambah makanan instan sea food dari minimarket, lama kelamaan ruam atau bintik kemerahan pun muncul di tubuh Yoon. Pekerjaannya pun mulai terganggu karena sering menggaruk badan karena rasa gatal yang ada. Akhirnya ia pun memeriksa penyakit di rumah sakit swasta dan menghabiskan banyak biaya dan harus meminum banyak obat. Bukannya tambah sembuh justru rasa gatal dan ruam semakin banyak di tubuh Yoon.

Ia pun mencari informasi di internet gejala penyakit apa yang ia derita, dan menemukan informasi bahwa ruam yang ada pada tubuhnya bisa mengakibatkan penyakit jantung. Tak ingin bertambah parah, ia pun mencari rumah sakit dengan biaya murah agar bisa menghemat biaya 7000 baht. Ia pun berhasil menemukan tempat itu, namun ternyata ketika datang pukul 6 kurang ia harus mengantri hingga ke nomer seratus lebih. Lelah menunggu antrian, ia kemudian tertidur dan terlewat ketika dipanggil dan harus menunggu dari awal. Akhirnya nomer antriannya dipanggil, dan ia berhasil menemui dokter dan diperiksa. Ternyata dokter yang ditemuinya masih muda dan cantik diluar dugaan Yoon selama ini bernama Imm.

Si dokter pun memeriksa beberapa tubuh seperti tangan, perut, leher dan bagian kelamin. Awalnya Yoon enggan diperiksa karena malu namun setelah didesak dengan dokter dan perawat, maka ia berani diperiksa dokter tersebut. Dokter Imm kemudian menyarankan untuk minum obat sebelum tidur, berolahraga minimal satu jam perhari, dan menghindari makan sea food serta mengoleskan krim pada tubuh yang gatal. Yoon dianjurkan untuk datang kembali bulan depan agar bisa memeriksa penyakit dengan rutin. Yoon lalu bertanya penyakit apa yang ia alami, dokter Imm pun menjawab ia terkena alergi sea food.

Satu bulan berlalu, belum ada perubahan pada Yoon karena obat tidak diminum sebelum tidur, masih memakan sea food dan belum berolahraga. Setelah beberapa bulan memeriksakan ke dokter Imm, barulah Yoon berubah sedikit demi sedikit dengan merubah pola hidupnya. Mulai dari meminum obat sebelum tidur, tidur pada jam 21.00, berolah raga dan menghindari makan sea food. Lambat laun ruam di tubuhnya berkurang dan menjadi lebih sehat. Dilema terjadi ketika datang tawaran dari Adidas Jepang untuk mengedit foto yang bisa menjadi lompatan karir yang cemerlang di skala internasional. Namun dokter Imm kembali mengingatkan agar memprioritaskan kesehatan dengan beristirahat dan berlibur ke pantai agar bisa menikmati hidup tidak melulu memikirkan pekerjaan.

Bagi saya setelah menonton film sekitar dua jam, selain ceritanya lucu dan ringan cara pengambilan kamera juga menarik karena bisa menampilkan angle yang berbeda. Film ini merupakan genre baru di Thailand yang sedang menjadi perbincangan di sana, dan bagi saya juga menarik karena menceritakan profesi freelance dengan baik seperti pekerjaan yang tidak mengenal waktu, tuntutan klien yang tinggi, dan persaingan yang ketat sesama freelance. Beberapa hal yang menjadi tren di wilayah Asia juga tergambar dengan baik di film ini misalnya kecenderungan untuk mencari wifi di berbagai tempat, mengupload foto dan membuat status  di social media, dan chatting dengan aplikasi LINE yang juga digemari di Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline