Setelah menunggu berbulan-bulan cerita melalui social media tentang film pendekar tongkat emas, akhirnya kesempatan itu datang juga karena komunitas KOMIK (Kompasianer Only Movie Enthustiast Klub) mengadakan nonton bareng Film Pendekar Tongkat Emas pada Sabtu 20 Desember 2014 di Setiabudi XXI Jakarta. Film ini memang layak ditunggu dan ditonton karena menampilkan genre yang berbeda yaitu film laga dengan lokasi di wilayah timur Indonesia yaitu di Sumba NTT serta dibintangi pemain yang sudah berprestasi seperti Reza Rahardian, Nicholas Saputra, Christine Hakim, Slamet Raharjo, dan Prisia Nasution. Saya sempat melihat foto -foto behind the scene yang diunggah di akun media sosial salah satu pemain yaitu Eva Celia dengan pemandangan yang eksotis membuat penasaran akan film ini. Ditambah koreografer adegan laga yang dilatih langsung oleh Xiong Xin Xin seorang seniman bela diri asal Hongkong.
Begitu sampai di bioskop tempat nonton bareng terlihat ramai penonton lainnya yang juga memperoleh tiket gratis dari media lainnya serta backdrop yang dipersiapkan untuk foto bersama dengan para pemain atau sesama penonton. Setelah menunggu satu jam untuk registrasi karena admin yang telat hehehehe akhirnya kami kompasianer yang sudah menunggu akhirnya memperoleh tiket untuk masuk di teater 1.
Setelah memperoleh tiket tentunya kami langsung berfoto bersama sesama kompasianer untuk bukti nobar dan kenang-kenangan serta buat syarat review yang akan diikutkan di twitter pendekar tongkat emas. Ketika di dalam bioskop film tidak langsung diputar namun diputar cuplikan film serta beberapa iklan dari Kompas Gramedia Grup. Setelah menunggu akhirnya ada sambutan dari humas Kompas TV dan ternyata sang produser mba Mira Lesmana datang langsung menyapa para penonton ditambah sutradara mas Ifa Isfansyah, mas Riri Reza, Nicholas Saputra, dan Reza Rahardian. Kedatangan mereka pun disambut antusias oleh penonton karena bisa bertemu langsung dengan para pemain di pagi hari. Saya pun menjadi tak sabar ingin segera menonton film tersebut. Begitu film mulai diputar tampak adegan pembuka diawali monolog dari pemain senior Christine Hakim sebagai Cempaka yang menceritakan tentang makna pendekar serta keempat anak didik yaitu Gerhana, Biru, Dara, Angin yang sudah dibesarkan sejak kecil karena rasa bersalah karena telah membunuh orang tuanya. Karena usia yang sudah menua dan penyakit yang dideritanya maka Cempaka akan mewariskan ilmu andalan dan tongkat emas kepada salah satu muridnya. Setelah mempertimbangkan berbagai hal maka ia mewariskan kepada Dara walaupun Biru sangat menginginkan tongkat itu karena dia yang paling senior dan memiliki ilmu yang paling tinggi diantara murid lainnya. Keputusan ini membuat Biru sangat kesal karena gurunya memilih Dara dibandingkan ia, ketika Cempaka dan Dara serta angin sedang dalam perjalanan untuk melatih ilmu terakhir Tongkat Emas Melingkar Bumi. Dan tanpa diduga perjalanan mereka dihalangi Biru dan Gerhana karena mereka ingin merebut tongkat emas dari tangan Dara. Setelah bertempur dengan sengit, sang Guru pun terbunuh dan membiarkan muridnya pergi dengan membawa tongkat emas.
Untuk menguasai jurus tongkat emas melingkar bumi dara harus menemukan pendekar Naga Putih karena dialah satu-satunya orang yang menguasai jurus tersebut. Namun ternyata naga putih telah meninggal dan yang mewariskan ilmu tersebut kepada Elang anak dari Cempaka dan Naga Putih. Maka Dara pun belajar ilmu tongkat emas pelingkar bumi dengan Elang untuk membalas kematian adik dan gurunya serta merebut tongkat emas dari tangan Biru. Walaupun Elang harus melanggar janjinya untuk tidak mengajarkan ilmu tersebut kepada orang lain setelah ayahnya meninggal.
Setelah berlatih beberapa lama akhirnya Dara dan Elang pun bisa menguasai ilmu pendekar tongkat emas dan merebut tongkat emas walaupun harus bertarung habis-habisan. Setelah tongkat emas sudah berhasil direbut Elang pun memenuhi janjinya untuk pergi dan meninggalkan Dara bersama anak dari Biru dan Gerhana. Kelebihan dari film ini setelah saya menontonnya ialah : a. Lokasi film yang eksotis karena bertempat Sumba di NTT yang masih banyak terdapat padang rumput, pegunungan, sungai yang jernih dan binatang yang jarang ditemui di Pulau Jawa. Dalam film ini juga menampilkan tradisi khas Sumba seperti pakaian, tari-tarian, dan adegan sedang menenun kain tradisional.
b. Akting pemain yang profesional, selain harus beradegan drama mereka juga berakting dengan beradegan laga menggunakan tongkat. Hal itu bukanlah yang sesuatu yang mudah karena berakting sambil beradegan laga dibutuhkan konsentrasi dengan stamina fisik yang kuat. c. Filosofi kehidupan yang kuat, di beberapa adegan terdapat kalimat yang mengandung filosofi yang bisa menjadi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari misalnya "Apa gunanya ilmu jika tidak dapat dipergunakan untuk sesama", "Orang berjiwa besar tidak akan mengharapkan mendapatkan apapun walaupun ia bisa mendapatkannya sedangkan orang berjiwa kecil akan mengharapkan banyak mendapatkan apapun walaupun ia tidak bisa mendapatkannya". Kalimat ini sangat berguna bagi saya sendiri agar tidak semata-mata mementingkan diri sendiri serta menjadi jiwa besar dengan bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan dalam ini pun terdapat beberapa kekurangan yang tidak terlalu besar namun akan lebih baik jika bisa disempurnakan dalam film sekuelnya jika ada. kekurangan film ini antara lain: a. Tidak keterangan waktu berapa lama dara dan elang berlatih jurus tongkat emas melingkar bumi. Karena di adegan berikutnya terdapat anak dari gerhana dan biru yang muncul ketika dara dan gerhana bertarung. Seharusnya ada keterangan waktu sehingga saya atau penonton lainnya tidak kaget dengan munculnya anak tersebut dan jika sudah memakan waktu yang lama harusnya make up pada pemain pun berubah menjadi lebih tua atau dewasa sehingga ada perbedaan usia atau waktu sebelum bertarung atau sesudah bertarung. Kemarin terlihat make up dan wajah sama sehingga saya mengira latihan tersebut hanya beberapa bulan saja. b. Adegan silat yang lebih menampilkan adegan kungfu dibandingkan pencak silat khas Indonesia. Awalnya saya kagum dengan adegan laga yang ditampilkan namun setelah saya pikir adegan tersebut seperti film laga di Hongkong dibandingkan film silat buatan Indonesia. Seharusnya untuk adegan laga bisa menggunakan olahraga khas pencak silat dengan menggunakan atlet atau pelatih asli dari Indonesia. Namun dibalik kekurangan yang ada, saya mengapresiasi film ini karena telah dibuat dengan susah payah untuk mempromosikan film dan pariwisata yang ada di Indonesia. Film ini pula telah memberikan warna baru dalam film indonesia yang tidak hanya bercerita tentang drama saja namun ada adegan laganya. Dengan lokasi yang eksotis dan pakaian khas Sumba bisa membuat penonton lebih mencintai pariwisata dalam negeri yang kekayaan alam dan budayanya lebih indah dibandingkan luar negeri.
Selamat menonton film Indonesia dan mari kita dukung dengan menonton langsung ke bioskop tanpa merekam dan membajaknya. Jadikan film Indonesia tuan rumah di negara sendiri serta sarana promosi di festival film internasional yang bisa mengharumkan nama Indonesia di mata internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H