Angiografi koroner merupakan salah satu pemeriksaan untuk mengetahui kondisi pembuluh darah jantung. Tindakan ini, pertama kali dilakukan oleh F. Mason Sones, Jr, seorang pria kelahiran Noxopater, Mississippi pada tahun 1981, dengan cara memasukkan alat serupa kateter ke dalam tubuh dan dilakukan dengan penyuntikan zat kontras yang tujuannya agar gambaran pembuluh darah jantung dapat diperiksa atau ditampilkan melalui foto ronsen. Dari pemeriksaan ini, di mulailah tidakan-tindakan pada kasus penyakit jantung. Salah satu diantaranya adalah PTCA (Percutaneous Transluminal Coronary Angioplasty) atau dikenal juga dengan sebutan PCI (Percutaneuos Coronary Intervensi) adalah suatu tindakan pelebaran pembuluh darah koroner yang menyempit dengan menggunakan balon dan dilanjutkan pemasangan stent atau gorong-gorong agar pembuluh darah tersebut tetap terbuka.
Kapan seseorang membutuhkan pemeriksaan Angiografi koroner
Ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai terkait kasus seseorang bisa dikatakan mengalami masalah pada pembuluh darah jantung atau biasa di sebut jantung koroner, diantaranya; nyeri dada kiri menjalar sampai kepunggung belakang yang dapat disertai dengan sesak nafas, mual, keringat dingin, atau rasa mau pingsan. Biasanya kondisi tersebut berlangsung lebih dari 15 menit. Oleh karena itu, jangan abaikan gejala yang timbul secara tiba-tiba. Segeralah mengunjungi unit pelayana terdekat agar dapat dilakukan tindakan awal seperti pemeriksaan lab maupun EKG.
Angiografi koroner dan dampak yang ditimbulkannya
Walaupun Angiografi koroner termasuk salah satu tindakan pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis. Namun, jangan salah. Ternyata tindakan Angiografi koroner pun dapat berisiko. Salah satunya adalah pecahnya pembuluh darah di dalam kulit atau heatoma yang dapat diketahui dengan munculnya warna kebiruan seperti lebam di bawah kulit dan perdarahan akibat adanya sayatan/luka tusuk. Perlu diingat, perdarahan tersebut bisa terjadi akibat penderita meminum obat pengencer darah sebelum dilakukan tindakan maupun pada saat diruang tindakan. Pastikan juga, bahwa penderita tidak memiliki riwayat alergi terhadap zat kontras. Infeksi pun kemungkinan bisa terjadi, apabila faktor risiko maupun perdarahan yang terjadi tidak ditangani dengan benar. Maka, tidak heran jika dapat terjadi komplikasi yang serius hingga terjadinya kematian
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI