Lihat ke Halaman Asli

Muhammed Rivai

menulis, menlis dan menulis

Kudeta Merangkak Berbendera KLB

Diperbarui: 24 Juni 2015   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Isu kudeta yang menghebohkan jagat politik nasional yang dilontarkan oleh presiden SBY hanyalah isapan jempol belaka. Kekhawatiran berlebihan ini sejatinya tidak perlu terjadi jika pemerintah mampu bekerja dengan baik dan memuaskan publik. Namun yang terjadi malah sebaliknya kinerja pemerintah semakin hari semakin menambah kekecewaan publik. Bukannya bekerja keras memperbaiki kinerja, pemerintah malah melempar isu Kudeta dengan harapan mendapat simpati publik.

Faktanya, isu kudeta yang dikhawatirkan pemerintah dengan menunjuk pihak-pihak yang bersebrangan sebagai dalang yang akan menggalang kekuatan untuk melengserkan Sby ternya tidak terjadi. Walaupun tingkat kekecewaan publik terhadap pemerintahan Sby sangat besar, namun sepertinya publik masih bisa berfikir rasional dan mengendalikan emosinya.

Ditengah hebohnya isu kudeta yang ternyata tidak terbukti, partai demokrat (PD) yang dilanda badai sedang mempersiapkan diri untuk menyelenggarakan KLB untuk memilih ketua umum yang baru. Agenda KLB yang terkesan terpaksa ini dilakukan sebagai upaya menyelamatkan partai dari ketegasan KPU yang tidak mau mengakomodir kegalauan PD karena ketua umumnya 'berhenti'.

Diagendakannya KLB ahir bulan ini membuat faksi-faksi diinternal PD seolah bangkit kembali dari 'tidur ayamnya'. Mereka kembali ber-'kokok' menyuarakan dan mempertontonkan kekuatan masing-masing. Setidaknya ada tiga faksi yang terang-terangan menyatakan kesiapannya untuk maju bertarung dalam KLB nanti yakni; faksi cikeas,faksi marzuki ali dan faksi Anas urbaningrum. Namun sepertinya masing-masing faksi ini menungu langkah majelis tinggi terkait siapa yang menjadi calon unggulannya sehingga masing-masing faksi terkesan menahan diri untuk mendeklarasikan pencalonannya. Walaupun ada juga yang nekat untuk melakukan deklarasi lebih awal, dialah mantan ketua Dpc Cilacap Tri Dianto.

Lambannya majelis tinngi dalam menentukan sikap membuat kader demokrat saling lempar wacana dan bedebat di media terkait sosok yang layak menjadi ketua umum. Perdebatan ini pada akhirnya mengerucut pada usulan mengukuhkan Sby sebagai ketua umum, usulan ini disampaikan loyalis Anas urbaningrum, Gede pasek suardika. Usulan ini pada awalnya mendapat resistensi yang kuat dari faksi lain terutama faksi cikeas namun seiring waktu faksi cikeas cenrdrung melunak dan majelis tinggipun seolah mengamini usulan ini karena melihat fakta adanya dukungan sebagian besar pengurus DPD.

Usulan mengukuhkan Sby sebagai ketua umum seolah menjadi pilihan yang bersesuaian dengan kehendak majelis tinggi yang menginkan pemilihan secara aklamasi untuk menghindari perpecahan diinternal partai.

Usulan untuk menjadikan Sby menjadi ketua umum PD secara praktis memang akan meredam konflik diinternal partai dan diharapkan mampu meningkatkan elektabilitas dan kepercayaan publik. Namun pilihan ini secara strategis akan menajdikan PD dipersimpangan jalan jika Sby dan pemerintahannya tidak mampu bekerja maksimal disisa waktu pemerintahannya maka PD akan mendapat imbas langsung dan akan menjadi korban pertama. Disisi lain publik akan semakin yakin dan tersadar bahwa benar Sby mengesampingkan kepentingan rakyat dan lebih memilih mengurus partai, hal ini akan semakin menurunkan kepercayaan publik terhadap pemerintah dan PD sekaligus.

Jika partai demokrat dan Sby pada akhirnya melaksanakan dan menerima usulan ini maka Sby dan majelis tinggi tidak sadar bahwa DPD yang menggagas usulan ini sedang berupaya melakukan 'KUDETA merangkak' untuk merusak citra pemerintah dan Sby secara pribadi.

Semoga Sby segera sadar akan posisinya yang justru dipermainkan dan dimanfaatkan demi kepentingan orang-orang dekatnya dengan berbagai cara. Isu Kudeta yang beberapa hari lalu menunjuk 'musuh'nya sebagai dalang kini justru berbalik pada kelompok dan partainya sendiri.

Laksanakanlah amanat rakyat sampai akhir masa baktimu, bekerjalah sepenuh hati, waktu dan potensi demi kemaslahatan rakyat. Serahkannlah urusan partai pada kader untuk dikelola seca mandiri. Jika hal Kau lakukan sejarah akan mencatatatmu sebagai negarawan bukan politisi haus kekuasaan. Semoga yang terbaik untuk rakyatlah yang menjadi pilihanmu.

@rivai19




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline