Lihat ke Halaman Asli

Gorontalo News

Mengangkat Suara Lokal, Melintasi Batas Media

Kisah Bertahan Hidup Naomi Daviola di Gunung Slamet, Pelajaran Penting Bagi Pendaki Pemula

Diperbarui: 15 Oktober 2024   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Tiktok @ayizs.bbl vt.tiktok.com/ZS2KbkoeY/

Peristiwa bertahan hidupnya Naomi Daviola, seorang siswi SMK berusia 17 tahun, selama tiga hari di Gunung Slamet telah menjadi sorotan publik dan memicu diskusi serius tentang keamanan pendakian gunung. Naomi, yang hanya berbekal sepotong roti, berhasil bertahan dalam kondisi ekstrem di salah satu gunung tertinggi di Jawa Tengah ini.

Sumber : TIktok  @papito_id vt.tiktok.com/ZS2KqQ379/ 

Papito, seorang pendaki berpengalaman dan influencer TikTok, memberikan perspektifnya tentang kisah Naomi. "Sebagai orang yang pernah mendaki Gunung Slamet, saya ingat betul betapa dinginnya gunung itu," ujar Papito. Ia menambahkan, "Awalnya saya kira Naomi adalah wanita dewasa, tapi ternyata dia siswi SMK berusia 17 tahun. Wajahnya masih sangat muda, tapi mentalnya luar biasa."

Papito, yang pertama kali mendaki Gunung Slamet pada usia 21 tahun, mengakui bahwa pengalamannya sendiri sangat menantang. "Saya merasakan dingin yang luar biasa. Gunung Slamet memang terkenal dengan suhu dinginnya yang ekstrem dan curah hujan yang tinggi," jelasnya.

Yang lebih mengagumkan, Naomi berhasil bertahan selama tiga hari hanya dengan sepotong roti yang ia bagi-bagi. Ketika ditemukan oleh tim SAR, Naomi mengungkapkan strategi bertahan hidupnya yang unik. "Dia mengikuti pergerakan burung. Ketika burung terbang naik, dia ikut naik, dan ketika burung turun, dia juga turun," Papito menjelaskan dengan takjub.

Investigasi lebih lanjut mengungkapkan bahwa Naomi mengikuti open trip, sebuah praktik yang dikritik keras oleh Papito. "Open trip ini sebenarnya sangat berisiko untuk pendaki pemula," tegasnya. "Kita tidak saling mengenal satu sama lain, dan harus bisa membaur dengan cepat."

Yang lebih mengkhawatirkan, trip ini berangkat pada Sabtu malam tanpa tenda dan perbekalan yang memadai. "Itu sangat berbahaya dan melelahkan," Papito menekankan.

Kasus Naomi juga memunculkan pertanyaan tentang tanggung jawab organisator trip. "Banyak yang kecewa dan marah pada grup pendakiannya," Papito mengungkapkan. "Bagaimana mungkin mereka meninggalkan seseorang yang masih berusia 17 tahun sendirian di atas gunung?"

Lebih lanjut terungkap bahwa Naomi tidak meminta izin kepada ibunya untuk melakukan pendakian ini, menambah kompleksitas situasi dan memicu berbagai komentar publik.

Papito menekankan beberapa poin penting dari kasus ini:

  • Hindari Open Trip untuk Pemula: "Saya sangat tidak menyarankan open trip untuk pendaki pemula," tegas Papito. Ia menyarankan untuk mendaki dengan orang yang sudah dikenal dan berpengalaman.
  • Pentingnya Persiapan: Kasus Naomi menunjukkan betapa kritisnya persiapan yang memadai, termasuk perlengkapan dan perbekalan yang cukup.
  • Pertimbangkan Pengalaman dan Usia: Untuk pendaki muda seperti Naomi, penting untuk mempertimbangkan kembali keputusan melakukan pendakian solo atau mengikuti open trip.
  • Komunikasi dengan Keluarga: Kasus ini juga menyoroti pentingnya komunikasi dengan keluarga sebelum melakukan pendakian.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline