Lihat ke Halaman Asli

Kisah Secangkir Kopi Hitam Pahit

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Secangkir kopi hangat itu sudah tersedia di atas meja, kopi hitam pahit yang dipesannya di kedai kopi itu, mungkin pramusaji kedai kopi sudah hafal ketika gadis itu datang dan memesan minuman “Kopi hitamnya satu mas, jangan terlalu manis”. Pramusaji itu mungkin agak heran, seorang gadis menyukai kopi hitam yang pahit dan bukan seperti kebanyakan pengunjung wanita lainnya yang mungkin memesan secangkir cappucinno atau coffeemix. Seusai memesan. ia duduk di sudut kedai yang terletak di halaman, menunggu minumannya diantar. Ia duduk sendirian dalam malam yang seperti membungkusnya bersama sepi yang merengkuh tubuhnya. Ia bahkan tak tahu kenapa ia selalu menyukai secangkir kopi pahit itu, yang ia tahu ia selalu menikmatinya dan merasa secangkir kopi adalah sesuatu yang setia menemaninya. Dibiarkannya kopi itu tetap berada di meja, ia menyulutka api ke batang rokoknya.

“Ia belum tiba dan ia selalu memintaku mengerti” katanya dalam hati, kemudian menyeruput kopinya untuk pertama kali. Pahit.

“Ia diam dan ia minta aku mengerti” katanya sekali lagi sambil meneguk kopinya lagi. Pahit.

Lalu ia letakkan lagi cangkir kopinya di atas meja, menghisap kembali tembakaunya. Bukannya ia senang dengan tembakau itu, mungkin hanya sekedar pelarian dari semua pikiran-pikirannya. Saat ia sedang galau, saat ia merasa tersiksa. Sebatang rokok sudah ia hisap dan dibiarkan masuk ke dalam paru-parunya, diambilnya korek dan disulutkannya lagi pada batang yang kedua.

“Mengapa mala mini seperti lebih gelap dari biasa?” pikirnya. Diseruputnya kembali kopinya, masih terasa pahit.

“Ah, aku sakit” Kemudian ia habiskan kopi yang tersisa dalam cangkirnya, dan tentu saja rasanya pahit. Lalu ia berjalan meninggalkan meja dan melewati tempat pramusaji sembari tersenyum dan mengucapkan terima kasih, meski sebenarnya ia sedang tidak ingin tersenyum saat itu.

(keabisan ide.. hahahaha)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline