Lihat ke Halaman Asli

Berdamai dengan Diri Sendiri, Mitigasi Trust Issue

Diperbarui: 27 Desember 2021   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Oleh : Dr. Sarmini, S.Pd.,M.M.Pd

Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Apalagi untuk jaman sekarang, di mana kondisi manusia sangat menjungjung dan mengagung-agungkan  sifat dan sikap individualisme. Bagaimana tidak dunia saat sedang sakit, karena semua aspek mengalami krisis. Tahun-tahun terberat telah dan sedang kita lalui, yaitu tahun 2020-2021 di mana Covid-19 menjadi penyebab yang paling besar perannya memberikan dampak negative di semua aspek.

Tingkat ekonomi yang pernah mencapai minus 5%, bahkan menurut Badan  Pusat Statistik (BPS), Rabu (5/8/2020), merilis angka pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan II-2020 sebesar minus 5,32 persen dibandingkan triwulan II-2019, atau year on year (yoy). Dibandingkan dengan triwulan I-2020, atau quarter to quarter (qtq), angkanya minus 4,19 persen.

Ekonomi Indonesia sempat hancur lebur pada tahun lalu akibat pandemi covid-19. Kini kasus positif harian covid mulai mereda, pemerintah optimistis tahun ini ekonomi tumbuh positif di kisaran 4% dan tahun depan di atas 5%.

Dalam webinar Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 di Jakarta Kamis (9/12/2021),, Indra Darmawan, Staf Ahli Bidang Ekonomi Makro Kementerian menjelaskan salah satu faktor pendorongnya adalah peningkatan realisasi investasi akibat reformasi perizinan yang dijalankan beberapa waktu terakhir.

Prediksi Pertumbuhan Ekonomi 2022 hingga kuartal III 2021, tercatat Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) cukup lumayan yaitu 73% dari target Rp 900 triliun.

Tetapi efek apa yang dialami seseorang saat pandemic Covid-19, masih sangat terasa. Menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, perubahan yang terjadi selama pandemik COVID-19 akan mempengaruhi kesehatan mental bagi pasien, tenaga medis, keluarga, maupun orang yang merasakan dampak dari perubahan kebijakan yang terjadi.

Masih menurut  dr. Soeklola SpKJ MSi, faktor yang menentukan terjadinya peningkatan risiko gangguan jiwa antara lain jenis kelamin wanita, usia produktif dan usia lansia, tingkat pendidikan yang lebih tinggi, pekerja yang bermigrasi, dan makin dekat dengan daerah penyebaran tertinggi.

Berdasarkan tingkatan kerentanan populasi untuk berkembangnya gangguan jiwa dibagi menjadi 4 tingkat, yaitu tingkatan tertinggi di tingkat pertama dan tingkat terendah di tingkat keempat. Adanya kerjasama dari berbagai pihak termasuk pemerintah akan menentukan tingkat keberhasilan penanganan dari gangguan mental yang terjadi.

Terkait dengan kesehatan mental ini, salah satunya adalah tingkat kepercayaan yang menurun drastis atau krisis percaya kepada orang lain termasuk keluarga.

Apa  Trust Issue itu ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline