Hi.. Kenalkan nama saya sarmila umur saya sekarang 19 tahun, saya adalah salah satu dari sekian banyak anak didunia yang tidak bisa merasakan bagaimana rasanya memiliki saudara.
Jujur saja saya tidak pernah tahu bagaimana itu hubungan antara adik atau kakak. Karena saya tidak pernah punya sama sekali. Sejauh yang saya tahu, saya hanya punya adik atau kakak sepupu yang saya temui sesekali, atau teman.
Alasan itu juga yang selalu membuat saya enggan mengatakan apapun atau menilai atas satu hubungan bersaudara, yang saya sayangkan adalah banyak orang yang tidak bisa berpikiran sama dengan saya.
Bukan cuma satu atau dua kali rasanya saya mendengar orang berkata, bahkan rasanya semua orang yang saya temui mengatakan hal itu setelah mendengar bahwa saya anak tunggal, "ah enak kamu mah anak tunggal!" atau kalimat semacam, "ya kamu mah anak tunggal gak punya tanggung jawab apa-apa!" sungguh, semakin hari semakin sulit rasanya memaklumi ucapan seperti itu.
Seperti yang sudah saya utarakan di awal, saya selalu berusaha untuk tidak berkata, "kamu mah enak punya kakak!" atau "seru ya kamu punya adik!" karena saya tahu, itu hanya penilaian saya semata, bukan yang sesungguhnya terjadi. Karena jika saya memutuskan untuk bersikap egois seperti mereka, inginnya saya berkata, "enaknya kamu mah punya kakak, kalo ada apa-apa, bisa minta tolong, ada yang bantuin!" atau "enak ya kamu mah punya adik, nggak sepi di rumah!"
Tolong dengarkan, sekali ini saja. Jadi anak tunggal tidak semudah itu. Menjadi anak tunggal harus benar-benar siap menanggung semua beban dan ekspektasi orang tua di pundak kita sendiri, harus bisa selalu memenuhi semua keinginan orang tua, tidak bisa mengutarakan apa yg diinginkan dirisendiri karna takut mengecewakan orang tua, tidak mempunyai saudara yang bisa diajak berdiskusi atau diajak bicara.
saat saya masih kecil saya juga berpikir memang enak menjadi anak tunggal, menjadi anak satu satunya tanpa ada saudara, tanpa harus membagi kasih sayang orang tua, tanpa harus bertengkar dengan saudara cuma gara gara masalah sepele tapi semakin bertambah nya usia saya sadar menjadi anak satu satunya ternyata tidak seindah itu.
Menjadi anak satu satunya berarti juga menjadi harapan orang tua satu satunya. Menjadi harapan orang tua satu satunya merupakan beban yg sangat berat, takut melakukan sesuatu yg bisa membuat kedua orang tua kecewa, makanya dari kecil sampai sekarang saya selalu berusaha untuk menuruti semua keinginan orang tua saya karna saya takut mengecewakan mereka.
Tidak enak nya menjadi anak tunggal juga kita tidak mempunyai seseorang yg bisa diajak bercerita tentang masalah kita, terbiasa memendam semua nya sendiri, sering menyembunyikan dirinya yg sebenarnya di balik keceriaan nya di depan orang tua dan orang-orang.
Tapi meski begitu saya sangat bersyukur lahir di dari kedua orang tua yg sangat baik dan bisa diandalkan, menjadi anak satu satunya dari orang tua yang begitu hebat, orang tua yg selalu mendukung anaknya. Menjadi anak tunggal ada sisi baik dan buruk nya jadi syukuri saja apa yang terjadi didalam hidup karna semua itu sudah Allah atur dengan sebaik-baiknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H