Lihat ke Halaman Asli

Harap Sabar, Pemilu Memang Belum Selesai

Diperbarui: 12 Januari 2024   21:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Anda mengikuti proses Pemilu? Harap masih bisa bersabar. Meski sekarang sedang seru-serunya tahap kampanye dan debat para Calon Presiden (Capres), tetapi prosesnya baru akan berakhir saat Pengucapan Sumpah/Janji Presiden dan Wakil Presiden terpilih, 20 Oktober 2024 (PKPU No. 3/2022). 

Mampu bersabar itu sungguh sebuah rahmat yang harus disyukuri. Banyak hal dalam hidup ini, tidak bisa tidak, harus kita lalui dan hanya bisa dilalui dengan kesabaran. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Dari belia hingga tua. 

Bersabar itu bukan pasrah dan bukan juga menyerah, tetapi berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai hasil optimal tanpa meninggalkan kerusakan dan hal-hal buruk lainnya. Memang tidak mudah. Kemampuan mengendalikan diri menjadi kunci sukses bersabar. 

Untungnya, kita ini adalah insan-insan yang sudah teruji kesabarannya. Kita juga warga yang sudah teruji kemampuan pengendalian dirinya. Percaya kan? 

Contoh, saat berangkat beraktifitas, di jalan harus bersabar. Bersabar menghadapi kemacetan dan bersabar lagi ketika berhadapan dengan pengendara lain yang menikung, menggunting dan menyalip seenaknya, layaknya mereka itu makhluk bernyawa ganda.   

Bersabar lagi ketika ketemu lampu lalu-lintas di persimpangan jalan, menunggu lampu merah berganti warna. Sesudah hijau menyala, sekali lagi disandingkan dengan pengendara lain, di samping, di belakang maupun di depan yang berperilaku layaknya dialah si pemilik jalan. 

Sesudah sampai tujuan, tambahkan cadangan kesabaran lagi saat memarkir kendaraan. Pastikan kendaraan aman, terkunci dan mudah keluar saat pulang. 

Belum cukup sampai di situ, kesabaran masih harus disisakan untuk digunakan saat makan siang. Setelah setengah hari beraktifitas, tiba waktunya mencari tempat makan yang nikmat dan nyaman. Tapi ingat, tempat makan seperti itu hampir pasti pelanggannya juga banyak. 

Kalau masuk ke tempat makan biasa yang menyajikan menu khas daerah, bersiaplah untuk bersabar antri menunggu makanan bersama pembeli-pembeli lain. Biasanya semakin berkeringat terasa semakin nikmat. 

Jangan bayangkan antri itu berbaris dengan kepastian giliran dilayani. Antri di sini bisa bermakna menunggu dilayani sesuai kemampuan pelayan melihat dan mengingat siapa yang harus lebih dulu dilayani. Kadang antri di sini seperti menunggu jatuhnya rembulan untuk bisa cepat dilayani. Sabar. 

Parah lagi kalau tempat makan itu mendapat pesanan nasi bungkus dalam jumlah banyak. Di hari-hari kampanye dan debat panas menjelang coblosan Pemilu ini banyak acara yang melibatkan banyak orang. Mereka juga butuh makan. Antrian makin panjang. Sabar lagi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline