Lihat ke Halaman Asli

Pak RT for Presiden

Diperbarui: 22 Mei 2023   18:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konon manusia itu makhluk sosial yang ditakdirkan tidak mampu hidup sendiri. Dia harus hidup berkelompok. Dongeng tentang Robinson Crusoe bisa menjadi contoh bahwa manusia memang harus hidup berkelompok. 

Dari kelompok itu secara alamiah akan lahir salah satunya menjadi yang dituakan atau yang dinomorsatukan. Tidak semua orang berkesempatan menempati posisi pucuk, tetapi hampir pasti, semua orang pernah menjadi anggota, bawahan atau staf. 

Tidak sedikit malah ada yang dalam posisi bawahan dan sekaligus menjadi pimpinan. Dalam dunia Kepolisian, seorang Kepala Kepolisian Sektor, dia seorang Kepala tetapi juga anak buah dari Kepala Kepolisian Resor. Posisi ganda seperti ini sangat mudah dicari contoh lainnya. 

Pepatah "di atas langit masih ada langit" sangat pas untuk menggambarkan posisi atas-bawah ini. Pepatah ini dengan halus mengingatkan agar orang jangan sombong, tinggi hati, takabur atau merendahkan yang lain atas posisinya saat ini. Bahkan sebagai orang beragama, Pimpinan setinggi apapun di dunia ini diminta untuk ingat, di atas sana masih ada Tuhan yang Mahasegalanya. 

Maka, meskipun dia seorang Kepala, Komandan, Pemimpin, Pimpinan, Ketua, Direktur atau Senior. Termasuk juga Walikota, Bupati Gubernur, Presiden, apalagi seorang Wakil Rakyat, dilarang sombong. 

Potensi untuk sombong memang besar bagi orang-orang yang sedang berada di "atas". Potensi itu muncul dari banyak keistimewaan yang menyertai dan membersamai seseorang yang menempati posisi puncak. 

Tanpa keistimewaan, seseorang tidak akan sampai ke puncak. Keistimewaan itu bisa datang dari sosok personalnya. Dia orang yang terpilih mungkin karena berwibawa dan kharismatik sehingga membuat orang-orang di sekelilingnya rela dipimpin, tatat dan patuh padanya. 

Seseorang bisa menjadi pemimpin bisa saja karena memiliki keistimewaan dari faktor umurnya yang sudah banyak, dianggap matang, banyak pengalaman, bijaksana dan menyayangi sesama. 

Lain orang bisa menduduki posisi puncak karena kompetensinya. Dengan kompetensinya dia dianggap akan mampu membawa kebaikan bagi bawahan dan institusi yang dipimpinnya. 

Dulu, dalam cerita-cerita legenda, pemimpin dipilih karena kekuatannya, tubuhnya besar, ototnya kuat dan olah kanuragannya mumpuni. Orang taat dan patuh padanya karena takut. 

Juga dulu dan sekarang di beberapa tempat masih terjadi, orang menduduki puncak karena faktor keturunannya. Terjadi di kerajan-kerajaan, suku-suku dan beberapa tempat lain. Cara ini tidak selalu jelek. Malahan, si keturunan sudah sejak kecil dilatih dan dididik sepanjang usia untuk menjadi pemimpin. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline