Lihat ke Halaman Asli

Sari Yulianti

Aku dan dia yang ku sayang

Melahirkan Sesar atau Normal?

Diperbarui: 15 Mei 2019   13:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Melahirkan normal atau sesar ini yang sering terpikirkan oleh seorang calon ibu. Apalagi bila dia baru saja menjadi calon ibu. Banyak masukkan atau pembicaraan yang menjelekkan seorang ibu yang melahirkan sesar. Banyak tanggapan yang membuat si ibu menjadi stress. Padahal memang si calon ibu tidak bisa melahirkan normal.

Tulisan hanya opini saya saja ya

Anak saya yang sulung harus dilahirkan dengan sesar karena sungsang dan terlilit tali pusat. Banyak hal yang sudah saya lakukan dari ngepel, nungging saat istirahat atau tidur, senam hamil, lalu ngurut kandungan. Si sulung dengan gagah tetap posisi duduk. Dan dokterpun menyarankan untuk sesar. Namun ketika ditanya nanti lahirannya apa? normal atau sesar? banyak tanggapan yang bilang kalo belum normal bukan ibu sempurna. Lalu saya berusaha lagi untuk mengusahakan normal. Dan si jabang bayi tetap dengan keputusannya "sungsang" hahahha.

Dokterpun sudah bertanya terus kapan dilakukan operasinya. Dan saya pun memutuskan dua  minggu lebih cepat dari hari perkiraan lahir untuk melakukan operasi sesar.

Namun menjadi seorang ibu bukan sebatas lahirnya harus normal itu baru ibu sejati. 

Meunurut saya menjadi seorang ibu yang sejati adalah bagaimana ibu mengurus, mengajardan menanamkan anak tersebut menjadi pribadi yang tangguh, mandiri dan berkat bagi semua. 

Bukan untuk membenarkan diri sih, tapi banyak koq ibu-ibu yang berhasil lahiran normal, akan tetapi setelah anak tersebut lahir dicuekin, diserahkan kepada kakek neneknya untuk diurus atau pengasuh. Jadi menjadi ibu bukan hanya saat lahiran saja tapi juga bagaimana setelah anak itu dilahirkan.

Jadi buat para ibu-ibu harus memilih sesar itu bukan hal dosa koq, tapi bagaimana kita melengkapi anak tersebut kelak untuk mengarungi hidup  di dunia nyata. Dan bila ada wanita-wanita lain, atau mertua yang "nyinyir" tentang cara melahirkan abaikan saja. Apapun alasannya seperti hubungan tidak terlalu dekat, cuek nanti ke orang tua, dsb, menurut saya itu tidak benar. Mengapa? karena kedekatan dengan seorang anak itu ditumbuhkan sejak dia bayi, bahkan dalam kandungan, dan saat dia tumbuh kembang ada Ibu tidak disampingnya. 

Banyak contoh contoh yang memaksa diri untuk lahiran normal, akan tetapi anaknya tidak bisa diselamatkan. tolong jangan cuma ambisi untuk dapat label wanita sejati sampai kita mengorbankan anak itu sendiri. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline