Lihat ke Halaman Asli

Re: Antum Tak Senang dengan Ana ? Bilang !

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Suatu siang saya buka buka kompasiana dan tumben ada yang kirim email. Ternyata setelah dibuka isinya tidak menyenangkan mengenai komen saya di suatu artikel. Saya mikir komen yang mana ya soalnya saya sering sekali mengomentari artikel mungkin ada yang bisa bantu mengingat. Isi pesannya sebagai berikut. Khaidar Althaf On: 5 Januari 2010 14:35 Message: antum tak senang dengan ana? bilang ! antum muslim apa non muslim ? ana menulis sesuai dengan kenyataan dari al quran dan hadist. Dilihat dari segi bahasa indonesia yang baik yang benar, tanda tanya dan tanda seru hanya di sisipi kata bilang membuat saya mengerutkan alis saya "heh maksutnya apa ya?" Sepertinya ingin membahas sebuah perbedaan yang sangat menonjol. Selama saya menjadi warga negara Indonesia saya tidak bisa menutup mata adanya sebuah perbedaan antara islam dan non islam. Kenapa sipengirim email ini tidak mengatakan agama anda apa? islam, kristen, hindu atau budha? Sepertinya cuman ada dua agama di Indonesia tercinta dengan bahasa yang dicampur kearab araban dan foto teroris dibagian profil. Saya ingin sekali protes sama admin kenapa foto seperti ini bisa dipasang? Bukan kan negra kita benci teroris? Bukan kan semua negara di dunia benci lambang hitler? Tetapi setiap orang tentu bertanggung jawab dengan tidakan mereka sendiri dan pastinya dengan foto yang mereka pasang di internet walau cuman copy paste tanpa menyertakan penghormatan untuk empunya foto yang asli. Entah lah mungkin empunya yang asli tidak berkeberatan dan merasa untung karna sekalian iklan. Jujur saya lelah mengenai perbedaan agama dan fanatisme. Saya capai menjadi minoritas dan saya ingin menjadi warga negara Indonesia yang berdasarkan pancasila. Saya tidak ingin membeda bedakan agama apa pun karna saya besar ditengah tengah perbedaan. Keluarga saya merupakan campuran islam, kristen, atheis dan budha. Kami punya acara kumpul kumpul saat hari besar agama masing masing dengan makanan besar pula; ada piring lauk dengan daging babi, daging ayam, daging sapi dan lain lain walau pun masaknya terpisah tapi menjadi satu dimeja walau akhirnya tak jarang beberapa piring makan absen suatu lauk tertentu. Walau begitu, jurang perbedaan teramat lebar saat saya keluar dari rumah. Saat saya naik subway R train dari Conie island, Brooklyn ke bay ridge, saya ngobrol dengan penumpang disebelah saya. Setelah dia tahu kalau saya dari indonesia dan mengenakan name tag missionary, dia berkata "mereka tidak membunuh kamu?" Saya menjawab tidak dan menanyakan balik mengapa dia berkata demikian. Dia bilang banyak berita berita tidak enak mengenai apa yang mayoritas agama penduduk tertentu lakukan terhadap minoritas. Saya teringat berita seorang ayah tega membunuh putri sendiri karna sang purti mengikuti cara berpakaian tempat mereka tinggal di amerika karna menurutnya berarti putrinya tersebut mengikuti ajaran agama lain. Sebuah keluarga tidak mengakui anggota keluarganya karna pindah keyakinan. Sampai kapan kita akan melebarkan perbedaaan agama walau pun secara halus maupun terbuka? Seorang yang memegang terlalu erat agamanya dan tidak membuka mata untuk toleransi akan berakhir fanatik dan seorang yang tidak berlandaskan kepercayaan akan menjadi tidak bermoral. Jawaban saya untuk pesan ini, silahkan tidak senang dengan saya, saya punya hak yang sama dengan anda untuk berpendapat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline