Lihat ke Halaman Asli

bebet rusmasari

Menjadi bermanfaat

Kisah Hujan

Diperbarui: 8 Juli 2021   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Mendung lagi siang ini. Musim hujan begini kadang bikin 'baper'. Entah karena suasananya. Atau karena banyak kisah yang terjadi saat hujan. Atau mungkin memang benar yg dikatakan orang bahwa hujan itu terdiri dari hanya 10% air. Sisanya adalah kenangan.

Dan memang benar. Hujan jatuh sedikit-sedikit. Ada titik-titik air di koridor kelas. Tetes air hujan sudah mulai mencipta harmoni di atap kelas. Dan daun-daun jeruk nipis di depan Lab Biologi tempat Ibu Sugiyah mengajar, sudah tampak hampir seluruhnya basah.

Hujan sudah seluruhnya turun. Membasahi lapangan basket. Bahkan sudah membentuk genangan di sekitar selokan ke arah jalan raya.

Dan aku masih disini menanti hujan reda. Sedikit-sedikit tetesnya mengenai ujung sepatuku. Percikan genangan air juga tak mau kalah turut membasahi keliman rokku yang menjuntai saat menyeberang dari satu gedung ke gedung lainnya.

Setiap tetes hujan adalah kenangan. Sama seperti tetes hujan yang menyirami kita saat menunggu microlet di trotoar Mesjid Raya. Apakah ini adalah tetes hujan yang sama menyirami kita saat berlari di jalan kampus mengejar kelas Kewiraan sore itu. Apakah ini juga hujan yang sama yang membasahi kita saat pertama kali aku mengunjungi kotamu.

Dan jika jawabnya benar iya, biarkan diriku tetap berharap bahwa kenangan itu masih disana. Dikisahkan oleh hujan. Saat tak ada lagi yang bisa menceritakannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline