Lihat ke Halaman Asli

Saris D Pamungki

Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Setengah Tiga Pagi

Diperbarui: 10 Februari 2019   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

"Ummmmhhh..., dinginnyaaaa...", Celetuk si Surya, sesaat setelah hampir kurang lebih 3 jam hujan memaksanya berteduh di emperan toko emas depan Taman Kota Caruban. Malam itu hujan deras, muncul seketika di saat Surya baru pulang kerja.

Surya adalah lelaki paruh baya kelahiran Klaten, Jawa Tengah. Sudah hampir 13 tahun mengais rejeki di Kota Caruban. Meski satu dasawarsa meninggalkan kota kelahiran, Aksen Kejawen (Logat Budaya Jawa) masih kental banget menyertai gerak fisiknya, terekam kala Surya ngobrol dengan tetangga kanan kiri tempat tinggal dia sekarang.

Surya terbilang sukses diantara adik-adiknya. Kesederhanaan dan kerendah-hatian mungkin jadi salah satu kunci kesuksesannya selama ini. Pujian beberapa tetangga selalu membesarkan hatinya perihal itu, apalagi Bi Minah, seorang pembantu rumah tangga Pak Rokkim (Ketua RT) yang tinggal hanya terpaut satu rumah dari tempat kos Surya.

Bi Minah seringkali bertatap muka dengan Surya, pagi atau sore hari. Obrolan yang biasa dari mereka berdua bisa jadi serius kalau sudah memasuki alam perdebatan, namun Bi Minah selalu puas mendengar apapun yang dijelaskan oleh Surya, begitupun sebaliknya. Surya yang agak pekewuh (gak enak hati) meladeni Bi Minah, pun selalu kedepankan rasa syukur. Ternyata masih ada manusia yang mau menerima apapun termasuk sebuah tata wicara keseharian dengan logat Jawa Medog (Jawa Kental) seperti ini.

"Alhamdulillah, puji syukur ya Allah, semoga apa yang keluar dari mulutku tadi, membuat lawan bicaraku (Bi Minah) tidak menimbulkan lintasan buruk diantara kami berdua, Aamiin.", Begitu lirihnya pinta dalam hati Surya kepada Tuhan.

Surya yang berprofesi sebagai karyawan kontrak sebuah jawatan ekspedisi (di lingkungan PT. KAI DAOP 7 Madiun) ini tak pernah melupakan kebiasaannya berlama-lama bersujud di sepertiga malam (ber-tahajjud). Sambil menunggu waktu subuh, lanjutkan persiapkan diri menuju tempatnya bekerja tepat dua jam kemudian, harus sampai di depan pintu keluar kereta barang.

Setengah tiga pagi, alarm berbunyi di ponselnya. Suatu Disiplin waktu yang Surya terapkan demi sebuah kebahagiaan dan kesuksesan hidupnya, disamping kesederhanaan, dan sifat rendah diri yang sudah menjadi karakternya dari dulu.

(Bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline