Lihat ke Halaman Asli

Saris D Pamungki

Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Percaya Diri, KPM Undur Diri dari PKH Secara Sukarela

Diperbarui: 28 Juli 2018   10:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Kota Bima - Not Swim With The Tide (jangan ikuti arus). Siapa yang tidak merasa senang, ketika terdaftar sebagai penerima bantuan sosial (Bansos) PKH non Tunai.?

Bayangkan saja, bantuan dengan mudah didapat lantaran nama terdaftar sebagai penerima bansos sesuai kriteria data kemiskinan. Hanya saja, ketika merasa diri bukan sasarannya (objek penerima)baiknya percaya diri saja untuk enggan menerimanya. 

Masih ada jalan lain yang lebih berkah. Jangan ikuti arus karena ada akses bermodal data kemiskinan yang diterima. Bosan juga bukan...?ingat, "disuap" bikin manja dan dapat menggiring jiwa KPM terperangkap dalam situasi yang sama.

Jika memang sudah ada usaha, meski nama terdaftar sebagai penerima bantuan. Percaya diri saja. Bangkitlah..,

Toh, kini ada tekhnik -tekhnik jitu yang ditawarkan oleh Pendamping Sosial. Melalui media pembelajaran dalam pertemuan kelompok dengan sebutan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga  (P2K2). Media ini dirasa ampuh, meski hitungan porsentasi belum maksimal dilaksanakan, karena kendala kendala tekhnis di tingkat SDM

Percaya diri dengan usaha yang ditekuni, kemudian ,mendapatkan sentuhan beberapa suntikan tekhnik dari Pendamping Sosial pasti akan membuahkan hasil. Percayalah..hehe

Seperti yang kini dirasakan Ibu Sugianti Widiarti, KPM asala lingkungan Tolotando RW 02 RT 04 kelurahan Matakando kota Bima,  kohor 2016. Ibu rumah tangga  yang dikarunia tiga orang  putra ini.

Survive... perjuangan keluarga bangkit, berawal dari sang suami menjadi kuli bangunan kesana-kemari demi memenuhi kebutuhan keluarga. Sebagian disisihkan untuk ditabung.  setelah uang yang terkumpul dalam celengan terasa cukup, akhirnya terbesik idenya membuat rombongan/gerobak bakso. Guna usaha bakso keliling di sudut sudut perkampungan. Karena dari awal ibu Sugianti ini adalah seorang yatim yang tidak punya harta warisan dan tidak memiliki apa-apa.  

Sebagaima kutipan cerita Pendamping PKh Kota Bima, Sarinah tentang KPM PKH ini.  Mengisahkan  hasil keuntungan setiap waktu itulah Sugiarti bersama suami dipakai utk memperbesar usahanya. Lambat-laun, manajemen bersama (keluarga)nya berkembang pesat hingga kini

Sambung Sarinah mengisahkan. Bahwa berkat kerja keras dan semangat optimisme Sugiarti , hasilnya begitu membahagiakannya, karena profit (keuntungan) bersih perbulan yg telah dikurangi biaya produksi dan lain-lain berkisar jutaan juta perbulan, telah memiliki 3 motor ( kendaraan). Hebat bukan...?

Pendamping terus melakukan pendekatan emosional secata intens, satu dua bulan.  akhirnya Sugiarti mengajukan pengunduran diri, karena merasa tidak pantas lagi menjadi KPM PKH. Dia (Sugiarti) mengatakan, "sekarang waktunya untuk memberi, bukan  meminta". Semoga menjadi pelajaran bagi KPM lainnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline