Lihat ke Halaman Asli

Saris D Pamungki

Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Emak, Izinkan Barra Mengembara

Diperbarui: 25 Juni 2018   19:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selepas kabar nilai ujian SMA keluar dari bilik linimassa ponsel pintar yang digenggam, Barra tak berani melangkah pulang. Kakinya masih setia injak rel kereta dekat rumah kakeknya di Kota Caruban. Kota kecil yang masuk dalam teritorial kewilayahan Kabupaten Madiun, Jawa Timur ini. Baginya Caruban memiliki beragam kenangan mulai masa kecil hingga remaja seperti sekarang.

Barra yang hidup berdua bersama emaknya, tinggal di tengah kesibukan dagang saudara dan pamannya di pasar, memaksa dirinya mengikuti jejak keluarga tersebut. Pukul 02.00 dini hari, Barra harus bangun ikut menyiapkan serentetan ritual keseharian ibunya dan bersiap diri menuju pasar yang jaraknya tak jauh dari rumahnya tersebut dengan penuh semangat. 

Jika sudah menginjak pukul 05.00 Pagi, Barra pamit ke emaknya guna persiapkan diri ke sekolah, dan saat menjelang sore hari, balik lagi ke pasar bantu emaknya membereskan dagangan, menutup toko klontong dan memboncengnya pulang ke rumah. Begitulah rutinitas keseharian Barra.

fb-img-15294184508352398-5b2f89a4cf01b41ae30ef683.jpg

Hari ini, Barra sudah remaja, berselang kabar kelulusannya dari SMA, Barra punya mimpi sederhana, ingin emaknya menikmati masa tuanya di rumah tanpa harus sibuk ke pasar mengais rejeki lagi.

"Emak, ijinkan Barra berkelana, Barra ingin mengembara, Barra ingin emak istirahat di rumah, saatnya emak menikmati masa tua dengan bahagia, gak usah ke pasar lagi, biarkan Barra yang mencari rejeki buat emak...", kata hati Barra yang termuat di lembar terakhir buku tulis pelajaran sekolahnya.

Rutinitas Barra sepulang sekolah ada di rel kereta. Barra selalu mengadu ke Tuhan penuh ketulusan. Perenungan hal kesulitan ekonomi keluarganya lah menjadikan semangat Barra yang membulat untuk berkelana dan mengembara demi mimpi membahagiakan emaknya.

Butuh waktu lama buat Barra ungkapkan keinginan terbesarnya ini ke emak. Banyak desakan dari dalam diri dan bisikan hatinya yang tak jarang buat gusar, hingga sedikit tidur di waktu malam. 

Sebenarnya ketika menemani emak berjualan di pasar, saat sepi, mulutnya ingin berucap, terasa berat dan berkecamuk antara kesungguhan hati untuk meninggalkan emak seorang diri di rumah. Ketika ada kesempatan hanya berdua menunggu pembeli, semakin takut mengungkapkan, semakin pula terkunci kata-kata berpisah dari bibirnya.

"Aku yakin suatu saat aku kuat dan siap untuk mengatakan ini semua pada emak, sabar", gumam Barra sambil matanya berkaca-kaca.

(bersambung)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline