Lihat ke Halaman Asli

Saris D Pamungki

Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Masa Kritis, yang Teramputasi

Diperbarui: 19 Juni 2018   14:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi-pagi/ kita sudah ajukan proposal hidup/ kepada Tuhan untuk hari ini...

Ada yang isinya harapan/ mimpi/ kebaikan/ bahkan ada yang terselip rasa ketakutan/ dan khawatir dari lunturnya keyakinan/ hal KEESAAN Tuhan

Memotong ritme dari proses hidup/ boleh saja dilakukan/ karena hakekatnya manusia dicipta/ untuk belajar membatasi diri/ dari segala kenikmatan maupun rasa kawatir/ antara keduanya kadang kita lalai/ dan berlebihan serta sering tak berlapang dada

Menulis seperti inipun, aku sendiri dalam tahap belajar/ memaknai hidup, bayangkan saja/ jika semua mau "tepo sliro, andhap asor, unggah ungguh"/ dalam berkasih dengan manusia lainnya/ pasti surga bisa kita rasakan mulai dari dunia ini

Indera perasa yang bersekongkol di tubuh manusia/ sangat riskan terpancing kemarahan/ hingga ke relung hati, saat tersinggung/ ataupun menjilati kemurkaan dunia

Marah, api dan tanah/ Lembut, air

stop!!!/ memuji/ menghardik

Allah sedang menguji dibalik keduanya

Mencinta teramat sangat/ jangan jadikan alasan untuk tidak memberikan rasa hormat

Sesuatu yang beresiko/ belum tentu mendatangkan kejelekan/ begitu sederhananya Kuasa Allah/ untuk sangat (bisa) memutar balikkan keadaan/ yang harusnya kita inginkan, Subhanallah...

(end) - HBH

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline