Lihat ke Halaman Asli

Saris D Pamungki

Menulis Dan Merekam Lewat Visual

Puisi | Tanah Liat

Diperbarui: 11 Juni 2018   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju kemuliaan/ Sejatining Laku Kehidupan/ menjadi gubahan irama dan pola pikir kita lebih tajam/ untuk memahami kenapa kita dilahirkan/ dan sebentar lagi pasti dimatikan.

Dunia, Meski belum merasakan seutuhnya/ paling tidak kita sudah diberi kesempatan/ untuk mencicipi rasa yang sebenarnya eneg dan terpenjara/ dari derik nafas para penghuninya.

Dunia, Menjadi mempesona/ terluap kegembiraan yang semu/ dari cara berpakaian hingga gengsinya manusia/ menggauli kotorannya sendiri.

Dunia, Sebuah dimensi untuk merasakan penderitaan/ keinginan yang dihambakan/ sampai-sampai lupa/ kita ditelanjangi kemaluan tiada akhir/ karena pemahaman kita hanya terbatas/ pada penglihatan yang enggan memakai mata bathin.

Dunia, sebuah ladang yang sempit/ namun harus belajar berlapang dada/ ketika kita dalam keadaan tersudut sekalipun.

Dan...

Duniapun hanya tinggal tanah liat/ yang harus kita telan dan peluk/ hingga hadapi dimensi yang sebenarnya nanti...

Ya, Ini Hanya Sementara saja...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline